Tentang fasilitas riset, ini adalah suatu hal yang relatif. Menurut pengalaman saat saya bekerja maupun sekolah di Indonesia, fasilitasnya cukup lengkap dan memadai untuk ukuran negara kita.
Bagi saya, jika ada yang kurang, bukankah sebaliknya itu menjadi tantangan agar kita bisa berbuat lebih banyak dari keterbatasan yang ada?
Sekali lagi menurut pendapat pribadi, membandingkan fasilitas antara Indonesia dengan negara lain, yang berbeda kedudukan maupun kemampuan (misalnya produk domestik bruto), bukanlah sesuatu yang patut untuk dilakukan.
Ada juga yang bilang, Indonesia kurang menghargai orang-orang lulusan luar negeri.
Pendapat ini sangat relatif dan berbeda antara satu orang dengan lainnya. Penghargaan apa serta bagaimana, yang harus diberikan (atau diasumsikan) oleh orang yang berpendapat demikian?
Pengalaman pribadi, tidak pernah ada perasaan tidak dihargai saat bekerja di Indonesia. Mungkin ini akibat didikan di keluarga dari orang tua. Sehingga saya tidak terlalu menghiraukan apa pun persepsi dari orang luar.
Kalau boleh menulis beberapa hal yang menyebabkan lebih memilih bekerja di negara lain, pertama adalah tantangan.
Sebagai orang yang terbiasa bekerja dalam bidang teknologi di hulu, tentu mengasyikkan untuk berkutat pada hal-hal yang belum dipasarkan atau belum dipakai oleh orang banyak.
Berkutat dengan perhitungan, kemudian implementasi pada alat yang masih prototipe (tipe mula-mula) merupakan keasyikan tersendiri. Apalagi membayangkan kalau hasilnya nanti, bisa berguna bagi banyak orang (di sektor hilir).
Kedua adalah, nyaris tidak pernah ada keributan di dunia nyata maupun maya yang terjadi. Tidak perlu terganggu karena banyaknya demo, tawuran, dan kehebohan lain yang terjadi di masyarakat.
Orang sibuk pada urusan pribadi masing-masing. Tidak ada yang meributkan masalah yang sebenarnya merupakan masalah pribadi, misalnya keimanan (saya di sini bukan untuk menghakimi orang yang menganggap hal-hal begini juga perlu dibahas di publik).