Kalau untuk nimbrung urusan BTS yang grup K-Pop sih, saya angkat bendera putih karena bukan penggemar lagu-lagunya.
Sekali lagi, konteks BTS yang saya bicakan disini adalah tentang stasiun pengendali komunikasi nirkabel. Di tulisan ini juga tidak ada bahasan politik, terlepas dari ada pendapat orang yang menyangkutpautkan perkara dugaan korupsi pengadaan BTS dengan politik.
Setelah googling sana sini, saya mendapat info bahwa BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) adalah badan dibawah Kemenkominfo yang terkena kasus korupsi pengadaan BTS 4G.Â
Saya baru tahu bahwa ada badan pemerintah yang bertugas membangun BTS, bukan operator. Mungkin karena pengadaan BTS ini untuk daerah tergolong 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal).
Sebagai orang yang pernah berkecimpung dalam pengembangan BTS, saya tertarik untuk membahas beberapa hal.
Pertama, tanpa ada keinginan untuk mendiskreditkan, saya berpikir apakah daerah 3T "saat ini" perlu koneksi internet? Saya bicara koneksi internet karena yang ditekankan pada pembicaraan BTS adalah "4G"-nya. Berarti ini kan untuk komunikasi data, alias koneksi internet.
Kedua, apakah orang/penduduk yang terjangkau sinyal BTS tersebut, gratis menikmati layanan 4G tanpa membeli pulsa? Lalu apakah mereka juga akan mendapatkan pembagian gawai gratis, yang mampu koneksi dengan sinyal 4G?
Pulsa dan gawai untuk koneksi 4G biasanya harus dibeli, alias harus mengeluarkan uang sebelum kita bisa menikmatinya.
Ketiga, ketika benar-benar BTS dapat dipasang (tepatnya sih BTS, shelter, tower, antena, rectifier, baterai, komunikasi dengan pusat pengendali yang biasanya memakai koneksi microwave, dll), mampu di-maintenance secara teratur?Â
Bagaimana pemeriksaan rutin, misalnya pengecekan apakah baterai masih bisa berfungi baik? Apalagi katanya ada daerah yang belum ada sumber energi (listrik).
Ditambah lagi, beberapa daerah hanya dapat dijangkau melalui udara, karena tidak ada jalan sehingga kendaraan seperti mobil dan motor tidak bisa digunakan.Â