Mungkin tokoh yang saya usulkan sebelumnya, semua sudah meninggal. Maka saya mengubah pertanyaan dengan mengajukan orang yang masih hidup.
"Apakah Elon Musk bisa menjadi Menkominfo?"
"Elon Musk memang mempunyai prestasi dan pengalaman yang tidak perlu diragukan lagi di bidang teknologi. Akan tetapi, keahliannya lebih cocok digunakan untuk sektor swasta dan global, bukan untuk pemerintahan lokal."
Sepertinya ChatGPT mulai ngenyek (menghina) nih. Kok seenaknya ngomong seorang dengan kemampuan global, nggak pantas untuk mengurusi masalah lokal (Indonesia).Â
Karena terlanjur kesal, sebelum menutup browser obrolan dengan ChatGPT, saya mengajukan pertanyaan terakhir.
"Apakah saya bisa menjadi Menkominfo?"
"Siapa Anda? Sebagai sistem AI, ChatGPT tidak mengenal Anda!"
Ah, sialan juga ini ChatGPT. Rasanya seperti sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Masak tidak kenal saya, teman setia yang rela meluangkan waktu dan bertukar pikiran dengannya.Â
Saat mengumpat begitu dalam hati, ChatGPT ternyata melanjutkan jawaban atas pertanyaan.
"Penunjukan pejabat pemerintah tingkat tinggi, melibatkan proses ketat. Keputusan akhhir ada di tangan pemerintah. Penunjukan dan pemilihan pejabat pemerintahan tergantung pada berbagai faktor, diantaranya kebijakan politik, dinamika sosial dan pertimbangan lain."
Tadi sih sempat mengumpat, namun dengan jawaban itu, saya baru sadar ternyata AI paham dengan baik situasi di Indonesia.Â