Anda tentu tidak asing lagi dengan Asakusa, terutama mengenai kuil terkenal yang berlokasi disana.
Jika membaca buku, majalah, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Jepang, maka foto lampion besar berwarna merah banyak diambil sebagai ilustrasi.
Lampion (cho-chin) tergantung di gerbang utama menuju Kuil Sensou-ji. Gerbang dengan lampion merah yang biasa Anda lihat di buku atau artikel mengenai Jepang, mempunyai nama lengkap fuuraijin-mon. Tulisan merah pada lampion dibaca kaminari-mon.
Nama fuuraijin-mon, diambil dari patung yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan pintu gerbang. Ada patung dewa angin (fuujin) dan di sebelahya ada patung dewa petir (raijin).
Asakusa dan Kuil Sensou-ji tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat saat itu, sejak didirikan sekitar 1400 tahun lalu. Daerah ini terutama mempunyai peran penting sebagai pusat kebudayaan.
Contohnya, ada banyak bangunan seni pertunjukan di sana. Banyak juga tempat minum teh yang dibuka di sekitar Asakusa.
Potret keseharian orang-orang di Asakusa, termasuk berbagai kegiatan seni yang berlangsung, banyak dilukis oleh seniman ukiyo-e terkenal. Salah satunya adalah karya Utagawa Hiroshige yang berjudul "Meisho Edo-hyakkei".
Bahkan kabarnya, Shogun ke-8 Tokugawa Yoshimune, pernah mampir untuk menikmati pertunjukan seni di Asakusa, sepulangnya dari acara berburu.
Sisi unik dari area Asakusa adalah, keseharian pada era Edo, masih bisa Anda rasakan sampai saat ini.Â
Anda dapat menikmati hidangan di restoran yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Sambil berjalan-jalan, Anda dapat juga menikmati camilan khas Asakusa, yang digemari oleh orang-orang di era Edo.
Kebiasaan orang membeli oleh-oleh khas Jepang seperti kipas bergambar Gunung Fuji, bahkan menikmati hiburan di sekitar area Rok-ku, bisa Anda alami sampai sekarang.