Sebelum bapak itu melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari belakang meja panitia. Seorang sedikit tergopoh-gopoh kemudian mendekati meja panitia, dan langsung menyalami si bapak berambut putih.
"Gokaro! selamat datang!" serempak panitia berdiri dan mengucap salam.
"Aaah akhirnya, akhirnya datang juga," kata Gokaro menyalami bapak berambut putih.
"Gokaro, tapi dia belum memperkenalkan diri. Dia baru saja mau berbicara," seorang panitia memberanikan diri untuk berucap.
"Nggak, nggak usah. Ini dia orangnya. Kalian memang nggak dengar bahwa saya mengucapkan calon pemimpin itu harus berambut putih?" tanya Gokaro ke panitia dengan sedikit heran.
"Oh, jadi rambut putih yang Gokaro bilang di radio. Ma'af kami semua dan rakyat hanya mendengar 'putih' saja karena sinyal radio jelek," ujar panitia lain menjelaskan.
Bersamaan dengan itu, seorang anak muda datang dan langsung menghampiri sang bapak berambut putih.
"Pak, kemana saja sih. Aku sama tipluk (* panggilan untuk anak perempuan) udah cari-cari dari tadi," ujar anak muda itu.
"Lha iyo lhe (* panggilan untuk anak laki-laki). Mau pulang tapi lupa jalan jhe," sahut si bapak, kalem.
"Makanya kalau habis makan, jangan jalan jauh. Kalau sudah sore bapak kan sering linglung. Yuk kita pulang sekarang," kata si anak sambil menggandeng bapaknya.
"Oh ya, si tipluk sudah beli bigen (* semir rambut) tadi. Bapak bilang nggak mau berambut putih, biar kelihatan masi muda kan? Nanti tipluk yang mau nyemir rambut bapak di rumah," sang anak menambahkan.