"Ini tempat seleksi pemimpin itu kan? Soalnya nggak ada tulisannya."
"Ya, ini tempatnya," jawab panitia ke orang berambut landak.
"Syukurlah kalo gitu. Saya mau ikutan jadi calon pemimpin setelah dengar pengumuman di radio. Meskipun saya nggak begitu jelas putih bagaimana yang dibutuhkan karena sinyal radio jelek, saya pengoleksi semua yang putih."
"Oh ya? Apa saja itu," tanya panitia ingin tahu.
"Pertama rumah saya putih. Koleksi mobil saya mulai dari produksi dalam negeri sampai impor, semuanya putih. Perabot rumah pun warnanya putih semua. "
"Bapak bisa lihat sendiri sekarang, semua yang saya pakai juga putih kan. Ini jam tangan, cincin, kalung, sepatu, pokoknya semua"
"Apa bapak mau lihat celana dalam saya juga? Putih juga loh," katanya lirih.
"Nggak nggak nggak. Nggak usah," ujar panitia serempak.
"Silakan duduk disana," salah satu panitia cepat-cepat menimpali.
Sesudah itu, seorang berpakaian perlente berdiri di depan meja panitia. Dia terlihat sangat percaya diri. Rambut hitamnya kelimis rapi, mungkin menghabiskan sebotol pomade.
"Bapak mau mencalonkan diri juga? Kalau iya, silakan bapak memperkenalkan diri," salah satu panitia membuka pembicaraan.