Kita tinggalkan urusan daun. Saya mau bercerita kembali tentang jalan-jalan di musim gugur.
Saat musim gugur, saya gemar berjalan-jalan di taman, teristimewa saat hujan turun rintik-rintik.Â
Sebagai catatan, biasanya cuaca musim gugur memang kebanyakan mendung dan sering turun hujan. Ini merupakan pengaruh suhu udara dingin dari utara yang merangsek ke kepulauan Jepang, kemudian bercampur dengan suhu udara lembap dari arah selatan.
Anda boleh percaya atau tidak, bahwa aroma daun basah yang terbawa angin, menambah romantisme suasana musim gugur. Ini juga menjadikan kita makin dekat pada alam.
Bangsa Jepang memang terkenal akrab dengan alam. Anda mungkin tahu bahwa rumah tinggal di Jepang kebanyakan menggunakan cat warna tembok tidak mencolok.
Salah satu alasannya, agar orang bisa menikmati keindahan alam sekitar. Mereka berusaha untuk tidak mengganggu keharmonisan warna-warni alam dengan warna cat rumah. Tempat tinggal dibuat sedemikiana rupa agar "menyatu" dengan alam secara serasi.
Kedekatan dengan alam bisa kita selisik juga dari penamaan warna dalam bahasa Jepang yang banyak mengadopsi warna-warna alamiah.
Kita tahu bahwa di alam sekitar, warna hijau dedaunan ada berbagai macam. Sehingga pada penamaan warna di Jepang, jika kita ambil satu warna biru maupun hijau pun, tergantung kepekatannya, memiliki nama berbeda.
Jadi jangan kaget jika dalam bahasa Jepang, warna hijau mempunyai kurang lebih 10 nama berbeda, masing-masing warna diberi nama berdasarkan kepekatannya.