Alam mengingatkan kepada kita, bahwa roda kehidupan itu berputar.
Pucuk daun muda yang tumbuh di awal musim semi, kemudian berkembang menjadi warna hijau cerah.Â
Pada musim panas warna daun menjadi agak hijau gelap. Akhirnya warna berubah menjadi merah, oranye, kuning, coklat, sebelum jatuh kemudian lenyap ditelan bumi.
Proses itu terjadi berulang-ulang setiap tahun. Kita bisa belajar keseimbangan pada alam.
Daun jatuh lama-kelamaan menjadi kompos, lalu menjadi sumber energi bagi mikrob. Nantinya ini akan memudahkan akar menyerap zat-zat esensial untuk menunjang pertumbuhan pohon.
Burung-burung bisa memanfaatkan daun atau ranting jatuh untuk membuat sarang, dimana burung dapat menjaga kelangsungan hidup piyik yang kelak dilahirkan. Daun yang jatuh (baca: tak berguna), ternyata masih bisa dimanfaatkan (baca: berguna).
Dedaunan pada musim gugur, sebenarnya berubah warna karena menyesuaikan dengan alam.
Saat musim gugur, matahari lebih cepat terbenam dibandingkan dengan musim lainnya. Akibat singkatnya durasi pohon menerima pancaran sinar matahari, maka warna hijau akan terdekomposisi.
Bersamaan dengan itu, lipatan terbentuk pada ujung daun yang menempel di batang pohon. Lipatan ini semakin lama semakin menghambat jalannya nutrisi ke daun. Akibatnya warna daun berubah. Lama-kelamaan setelah perubahan warna, daun akan jatuh.