Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Kompasianum Entanglement", lalu Apa Setelahnya?

26 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 26 Oktober 2022   09:24 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quantum Entanglement (sciencephoto.com)

Anda dan pacar, meskipun berada di dua lokasi berbeda, ternyata terhubung (berhubungan). Jika sesuatu menimpa Anda, maka pacar juga akan terkena imbasnya.

Nah, saya merasa quantum entanglement ini juga terjadi di kompasiana. Artinya bagaimana?

Kita tahu bahwa anggota kompasiana tersebar di beberapa daerah Indonesia dan di luar negeri. Pancaran energi positif dari masing-masing anggota, yaitu dengan menghasilkan berbagai macam tulisan, ternyata bisa dirasakan oleh orang lain. 

Sehingga masing-masing orang yang membacanya mendapat (terpengaruh) energi positif itu, kemudian berusaha untuk menulis juga.

Padahal masing-masing kompasianer itu saudara bukan, tetangga juga bukan (eh, mungkin ada yang tetanggaan ya?). Akan tetapi, kompasianer bisa terhubung (padahal lokasinya saling berjauhan) dan bersama-sama menghasilkan energi positif.

Dengan alasan tersebut, maka saya menamai fenomena ini sebagai "Kompasianum Entanglement".

Baiklah setelah menuliskan apresiasi, boleh saya memberikan kritik tanpa cabai kan?

Saya lihat di pengumuman acara ulang tahun kompasiana, ada tagar menggunakan kata pride. Kata ini memang sedang tren di berbagai belahan dunia. Saya tidak perlu menjelaskan apa saja yang menggunakan kata pride, karena Anda pasti pernah melihat atau membacanya.

Menurut hemat saya, pride itu bukan untuk ditunjukkan ke luar (orang lain), apalagi dengan kata-kata.  Akan tetapi, pride adalah suatu usaha yang dilakukan dengan perbuatan secara sungguh-sungguh, dan biarkan orang lain menilai perbuatan tersebut.

Misalnya kita mau pride atas Indonesia, ya caranya dengan menggunakan produk Indonesia, atau berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bukan dengan berkoar-koar pride dan menggunakan hashtag.

Penggunaan hashtag menjadi tren karena sekarang semua orang dapat menyebarkan berita, terlepas dari apapun isi dan bentuknya. Mereka (si pembuat berita itu) hanya berharap orang lain (pembaca) tertarik hanya pada kalimatnya. Karena jika tidak memakai hashtag, maka apa yang disampaikannya bisa tenggelam (baca: tersingkir) oleh tsunami informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun