Ini tentu berpengaruh pada rupiah yang Anda keluarkan untuk membeli kuota data. Jika Anda berlangganan provider penyedia koneksi internet, maka tidak perlu khawatir karena berapapun jumlah data Anda pakai, tidak berpengaruh pada pembayaran.
Hal yang sama akan terjadi jika Anda setiap hari makan bakso, atau jika Anda makan bakso sehari tiga kali (Ah, mungkin tidak ada orang makan bakso tiga kali sehari ya). Kalau hal ini terjadi, maka "menteri keuangan" rumah tangga bisa mengomel seharian tanpa henti.
Keempat, kecepatan koneksi internet. Jika Anda ingin nyaman bermain di metaverse, maka kecepatan koneksi internet adalah koentji. Selain kecepatan, latency (tidak ada jeda/delay) juga memengaruhi kualitas permainan.
Sama halnya dengam bakso. Anda sebaiknya makan bakso cepat-cepat selagi masih panas. Sebab jika Anda terlalu lama memakannya, misalnya karena terlalu sibuk dengan gawai membaca tulisan ini, maka dijamin mi akan melar dan membesar sehingga tidak enak lagi untuk dinikmati.
Kelima atau terakhir adalah konten yang menarik. Ini sebenarnya tidak terbatas pada metaverse saja. Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa konten yang menarik, akan menjadi magnet bagi orang untuk datang dan menggunakannya.
Sebaliknya jika konten membosankan, maka orang pasti enggan untuk masuk, atau sekadar mengintip maupun singgah sejenak. Apalagi jika kontennya berbayar, maka membuat konten metaverse yang menarik sangat memengaruhi jumlah pengguna.
Bakso juga begitu. Kalau tidak ada saus tomat, kecap, sambal warna-warni dan daun sawi walaupun biasanya kebanyakan batang sawi saja, tentu tidak menarik dan tidak akan laku.
Itu sekilas cerita analogi metaverse menggunakan bakso. Metaverse adalah "barang" populer saat ini. Sehingga bagi saya, metaverse itu setara dengan bakso, yang juga populer terutama saat hujan.Â
Saat ini "jajanan" metaverse dengan aneka "rasa" dan "gaya", bisa Anda temukan dengan mudah di Kompasiana.
Semua orang bebas "menjual" gagasan atau pengetahuannya tentang "bakso" (baca: metaverse), dan bebas untuk meraciknya dengan bumbu yang diinginkan. Terserah nanti apakah para "pembeli" bisa puas, kenyang, atau sebaliknya malah sakit perut, tidaklah menjadi soal.
Metaverse memang menarik. Para pakar berpendapat bahwa metaverse merupakan penerus atau tahapan berikutnya dari internet. Mereka menyebutnya sebagai koneksi sosial antarindividu.Â