Waktu terbatas ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bekerja di perusahaan multinasional, merupakan salah satu cara agar kita bisa mengisi hidup dengan lebih baik.
Pengalaman bekerja di dua perusahaan multinasional berbeda, ternyata ada kesamaannya. Mereka mempunyai slogan sama, yaitu keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (bahasa kerennya, work-life balance).
Tentu ini bukan hanya sebatas slogan saja. Dalam kenyataan sehari-hari, penerapannya mudah dirasakan.
Misalnya saja, saya lebih mudah untuk mengambil cuti, dibandingkan saat bekerja di perusahaan Jepang. Atau ketika ada anggota keluarga yang sakit, pekerjaan boleh dilakukan dari rumah. Ini terjadi jauh sebelum work from home menjadi kegiatan yang biasa dilakukan sekarang, akibat pandemi yang melanda dunia.
Perusahaan juga memberikan kartu yang bisa dipakai untuk mendapat diskon saat menginap di hotel, belanja, menikmati pertunjukan, maupun aktivitas pribadi lain. Sehingga bisa saya gunakan saat refreshing, misalnya untuk menginap di hotel ketika liburan ke Osaka, dan menikmati Universal Studio Japan dengan diskon khusus.
Setiap musim panas perusahaan mengadakan barbecue bersama di Odaiba, dimana karyawan bisa mengajak keluarga untuk ikut serta. Saat pergantian tahun atau tutup tahun, biasanya ada acara perayaan bersama di hotel, untuk karyawan dan keluarga.
Hal ini tentu menggembirakan, sebab kita hidup hanya sekali di dunia ini. Hidup tidak melulu harus diisi dengan pekerjaan. Kehidupan pribadi, tentu juga harus dipikirkan.
Pengalaman bekerja di perusahaan multinasional, ternyata keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan kantor bisa dijaga dengan baik. Sekali lagi ini pengalaman pribadi, tentu bisa berbeda dari apa yang Anda alami.
Steve Jobs memang memiliki kharisma, sehingga bisa mengembangkan perusahaan Apple yang dimulai bersama Stephen Gary Wozniak dari garasi mobil orangtuanya, menjadi perusahaan multinasional dengan ratusan ribu karyawan di seluruh dunia.Â
Rahasianya bisa dibaca pada buku-buku yang diterbitkan tentang Apple maupun Steve Jobs, maupun dari isi pidato Steve di Stanford.