Ada banyak suka dan duka saat bekerja di perusahaan multinasional. Meskipun suka duka bukan milik perusahaan multinasional saja, karena orang bisa mengalaminya saat bekerja di perusahaan lokal.
Yang saya ingin tekankan disini adalah, bekerja di perusahaan multinasional itu, kalau dipikir-pikir lebih banyak dukanya daripada suka.
Ada beberapa alasan untuk ini. Salah satunya adalah, kita harus berhadapan dengan orang dari berbagai negara, masing-masing punya perangai dan kebiasaan berbeda.
Meskipun sudah terbiasa berhubungan dengan orang asing (di Jepang, semua orang di sekeliling adalah orang asing), saya tetap butuh energi khusus untuk berinteraksi dengan mereka. Apalagi ketika mood sedang jelek, atau badan sedang capek, tentu butuh energi ekstra untuk menghadapinya.
Saat kehilangan (baca:berhenti karena suatu alasan dari) satu perusahaan multinasional, kecintaan pada pekerjaan ini juga yang membuat saya ingin kembali bekerja di perusahaan multinasional berbeda, namun bergerak di sektor sama.Â
Kekhawatiran atas tantangan yang menguras energi saat bekerja di perusahaan multinasional, terhapus otomatis dengan kecintaan terhadap pekerjaan.
Bekerja adalah kegiatan terbanyak selama hidup, selain tidur. Supaya bisa merasa puas, kita harus melakukan pekerjaan terbaik (menurut orang yang melakukannya).
Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan besar (baca:terbaik) adalah, mencintai pekerjaan. Mencintai, apa yang kita lakukan. Kalau belum menemukan pekerjaan yang bisa Anda cintai, maka teruslah mencari dan jangan berhenti.
Time is limited
Chairil Anwar berkata "aku mau hidup seribu tahun lagi". Pemerintah Jepang sudah mengusung konsep hidup 100 tahun. Namun kenyataannya, hidup manusia di dunia adalah fana. Waktu yang kita miliki, ternyata terbatas.