Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sakura Menari di Chidorigafuchi

27 Maret 2021   08:00 Diperbarui: 28 Maret 2021   02:56 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan sakura dengan latar belakang gedung dari tempat favorit (dokpri)

Tentu bukan artinya saya kemudian membeli bento asal-asalan, karena toh nanti rasanya bisa menjadi nikmat. Saya tetap makan bento kesukaan, tori-soboro. Yaitu nasi ditaburi daging ayam cincang (rasa dan bentuknya seperti isi lemper), telur dadar yang juga dicincang, irisan buncis serta wortel yang sudah direbus.

Para salaryman berkerumun di sekitar sakura. Foto saya potret dari gedung showakan (dokpri)
Para salaryman berkerumun di sekitar sakura. Foto saya potret dari gedung showakan (dokpri)
Chidorigafuchi saat ini adalah lokasi sakura terkenal di Tokyo. Sehingga jangan kaget kalau banyak turis, lokal maupun asing, datang untuk mengunjunginya. 

Jika dirunut berdasarkan sejarah, sebenarnya ketenaran Chidorigafuchi sudah sejak era Edo (sekitar tahun 1603 sampai 1867). 

Kata "fuchi" pada Chidorigafuchi, artinya aliran air/sungai di lembah yang dibendung. Dahulu, daerah sekitar Chidorigafuchi adalah laut. Sehingga orang berbondong-bondong datang ke Chidorigafuchi, untuk mendapatkan air tawar. Inilah yang membuat Chidorigafuchi terkenal, karena air (tawar) amat penting, dan berguna untuk kehidupan sehari-hari penduduk Edo (sebutan Tokyo zaman dahulu).

Kedudukan penting Chidorigafuchi, bisa dilihat pada peta yang dibuat ketika era Edo. Pada waktu itu, jika pada peta ada gambar Kastel Edo yang merupakan pusat pemerintahan, maka bagian atas peta menunjuk ke arah barat (bukan utara seperti peta zaman sekarang). Pada peta jenis ini, Chidorigafuchi digambar di bagian atas peta, sejajar dengan jalan utama Koushuukaidou (sekarang bernama Shinjuku-doori), yang menghubungkan Edo (Tokyo) dengan daerah berlokasi di sebelah baratnya (misalnya Shizuoka, Kyoto, Oosaka dan lainnya).

Menantang matahari (dokpri)
Menantang matahari (dokpri)
Pohon sakura di area Chidorigafuchi tidak ditanam sekaligus, namun melalui beberapa tahap. Pertama kali sakura ditanam pada tahun 1869, yaitu di area yang dekat dengan Kuil Shoukonsya (sekarang namanya menjadi Kuil Yasukuni). Kemudian penanaman dimulai lagi secara bertahap, masing-masing pada tahun 1919, 1969 dan terakhir pada tahun 1979.

Sehingga jika Anda berjalan menikmati sakura di sini, maka bisa sekaligus menikmati perjalanan sejarah dan waktu, dengan rentang waktu mulai dari seratus sampai 50 tahun lalu. 

Jenis sakura yang ditanam adalah somei-yoshino. Bunganya putih bersih, dan berubah menjadi warna merah jambu, sebelum bunga sakura rontok. Sakura jenis ini merupakan produk asli Tokyo, karena dibuat di dusun bernama Somei (salah satu bagian dari Edo). Somei-yoshino adalah jenis pohon sakura hasil kawin silang antara sakura jenis ooshima-zakura dan edo-higan.

Saat musim sakura, orang banyak berkumpul di area sekitar pintu masuk bernama tayasu-mon. Ini bisa dimaklumi karena akses terdekat menuju Chidorigafuchi adalah dari stasiun Kudanshita, yang pintu keluarnya langsung di dekat area ini.

Kepadatan orang di area dekat tayasu-mon (dokpri)
Kepadatan orang di area dekat tayasu-mon (dokpri)
Area Chidorigafuchi sebenarnya merupakan salah satu jalur masuk menuju Kastel Edo. Sehingga daerah ini mempunyai topografi unik, yaitu ada beberapa tempat yang dibuat agak tinggi, berbeda dengan ketinggian daerah di sekeliling.

Mudah dipahami alasannya, karena kastel merupakan benteng pertahanan. Jadi beberapa bagian ada yang dibuat tinggi, kemudian beberapa ada yang dibuat menyerupai lembah, lalu diisi air seperti Chidorigafuchi. Salah satu tujuannya, untuk mempersulit gerakan musuh jika mereka ingin menyerbu masuk ke kastel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun