Sakura berasal dari dua kata, yaitu "saku" dan "ra". "Saku" artinya mekar, dan "ra" asalnya dari kata uraraka yang artinya langit atau hati cerah.
Mungkin itulah alasannya, jika saya melihat atau menikmati bunga sakura, maka perasaan yang tadinya muram (misalnya karena capek banyak kerjaan), bisa hilang dalam sekejap.
Sebelum pandemi, pada hari kerja di bulan Maret seperti saat ini, saya sering jalan ke luar kantor ketika jam istirahat siang, untuk menikmati keindahan sakura. Alasannya, supaya hati dan pikiran segar kembali, sambil menghirup udara luar. Bahkan ketika bepergian untuk urusan kantor pun, saya berusaha menikmati sakura kalau ada kesempatan.
Salah satu tempat yang pernah saya kunjungi untuk menikmati sakura saat hari kerja adalah Chidorigafuchi.Â
Chidorigafuchi merupakan nama lokasi yang dekat dengan Kastel Edo, dan merupakan bagian dari kelurahan Chiyoda. Di sekitarnya banyak bangunan perkantoran, meskipun masih kalah mentereng bila dibandingkan dengan distrik bisnis lain seperti Ootemachi, Shinagawa dan Marunouchi.Â
Saya pergi ke Chidorigafuchi untuk urusan kantor. Karena pertemuan baru dimulai pukul 14:00, maka saya sampai di sana sekitar jam makan siang.Â
Setelah membeli bento dan minuman, saya langsung mencari tempat strategis untuk duduk dan menikmati sakura. Tidak begitu susah menemukan tempat duduk, apalagi kalau kita terbiasa duduk di sembarang tempat. Saya akhirnya bisa duduk dekat tembok yang agak rendah, kemudian menikmati bento sambil melihat sakura.Â
Meskipun begitu, makan bento sambil menikmati sakura, adalah suatu hal yang jarang bisa saya lakukan. Boleh dikatakan makan bento sambil menikmati sakura, adalah suatu hal yang "mewah".
Saya sudah menuliskan diawal bahwa melihat sakura bisa membuat hati menjadi cerah. Nah, kalau melihat sakura sambil makan bento, maka rasa makanan pun bisa menjadi lebih nikmat. Enggak percaya? Sila Anda coba.Â
Tentu bukan artinya saya kemudian membeli bento asal-asalan, karena toh nanti rasanya bisa menjadi nikmat. Saya tetap makan bento kesukaan, tori-soboro. Yaitu nasi ditaburi daging ayam cincang (rasa dan bentuknya seperti isi lemper), telur dadar yang juga dicincang, irisan buncis serta wortel yang sudah direbus.
Jika dirunut berdasarkan sejarah, sebenarnya ketenaran Chidorigafuchi sudah sejak era Edo (sekitar tahun 1603 sampai 1867).Â
Kata "fuchi" pada Chidorigafuchi, artinya aliran air/sungai di lembah yang dibendung. Dahulu, daerah sekitar Chidorigafuchi adalah laut. Sehingga orang berbondong-bondong datang ke Chidorigafuchi, untuk mendapatkan air tawar. Inilah yang membuat Chidorigafuchi terkenal, karena air (tawar) amat penting, dan berguna untuk kehidupan sehari-hari penduduk Edo (sebutan Tokyo zaman dahulu).
Kedudukan penting Chidorigafuchi, bisa dilihat pada peta yang dibuat ketika era Edo. Pada waktu itu, jika pada peta ada gambar Kastel Edo yang merupakan pusat pemerintahan, maka bagian atas peta menunjuk ke arah barat (bukan utara seperti peta zaman sekarang). Pada peta jenis ini, Chidorigafuchi digambar di bagian atas peta, sejajar dengan jalan utama Koushuukaidou (sekarang bernama Shinjuku-doori), yang menghubungkan Edo (Tokyo) dengan daerah berlokasi di sebelah baratnya (misalnya Shizuoka, Kyoto, Oosaka dan lainnya).
Sehingga jika Anda berjalan menikmati sakura di sini, maka bisa sekaligus menikmati perjalanan sejarah dan waktu, dengan rentang waktu mulai dari seratus sampai 50 tahun lalu.Â
Jenis sakura yang ditanam adalah somei-yoshino. Bunganya putih bersih, dan berubah menjadi warna merah jambu, sebelum bunga sakura rontok. Sakura jenis ini merupakan produk asli Tokyo, karena dibuat di dusun bernama Somei (salah satu bagian dari Edo). Somei-yoshino adalah jenis pohon sakura hasil kawin silang antara sakura jenis ooshima-zakura dan edo-higan.
Saat musim sakura, orang banyak berkumpul di area sekitar pintu masuk bernama tayasu-mon. Ini bisa dimaklumi karena akses terdekat menuju Chidorigafuchi adalah dari stasiun Kudanshita, yang pintu keluarnya langsung di dekat area ini.
Mudah dipahami alasannya, karena kastel merupakan benteng pertahanan. Jadi beberapa bagian ada yang dibuat tinggi, kemudian beberapa ada yang dibuat menyerupai lembah, lalu diisi air seperti Chidorigafuchi. Salah satu tujuannya, untuk mempersulit gerakan musuh jika mereka ingin menyerbu masuk ke kastel.
Jika Anda tidak suka kerumunan orang, coba masuk ke pintu tayasu-mon, jalan ke arah Nippon Budokan yang terkenal itu, kemudian belok kanan setelah beberapa meter.
Dari sini Anda bisa menikmati pemandangan sakura dengan latar belakang gedung perkantoran. Saya biasanya duduk berlama-lama di sini, sambil menikmati sakura menari karena angin yang sesekali berembus.Â
Bunga sakura, memang indah. Sehingga tidak mengherankan kalau ada peribahasa Jepang berbunyi "hana wa sakuragi, hito wa bushi". Artinya, sakura adalah bunga terindah, dan bushi (pendekar) adalah orang terbaik.
Sakura bukan hanya indah, namun penampilannya pun bisa berbeda. Pengalaman saya, meskipun sudah beberapa kali datang ke Chidorigafuchi dan duduk di tempat sama untuk menikmati sakura, namun pemandangan yang saya lihat selalu berbeda.
Meski begitu, menikmati sakura di suatu tempat, merupakan "pertemuan" yang tidak bisa kita prediksi. Ada kalanya orang puas karena bisa melihat bunga sakura sesuai dengan harapan. Akan tetapi, tidak jarang juga kita merasa kecewa, atau kepuasannya tidak sampai puncak karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
Mudah-mudahan saat berkunjung ke Jepang nanti, Anda bisa bertemu dengan sakura yang sesuai dengan harapan. Dengan begitu, maka setelah pertemuan tersebut, membuat Anda menjadi kangen, kemudian ingin bertemu untuk menikmatinya sekali lagi.
Selamat berakhir pekan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI