Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Klepon yang Merdeka

15 Agustus 2020   07:07 Diperbarui: 15 Agustus 2020   07:15 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber sekretariat negara)

Walaupun belum bisa bercakap dengan bahasa Jepang, namun ada satu makanan Indonesia yang membantu untuk mengatasi kesulitan komunikasi, dan menjembatani aktivitas sosial saya dalam masyarakat Jepang sejak awal tinggal di sini sampai sekarang.

Makanan itu bernama nasi goreng.

Saya tidak mengira, hampir setiap orang Jepang yang saya temui, ternyata kenal makanan kesukaan kita semua tersebut.

Di Tokyo nasi goreng bisa dinikmati pada 20 restoran, tersebar di berbagai kelurahan. Jenis restoran yang menyediakan nasi goreng pun bervariasi, mulai dari restoran Indonesia, restoran Jepang (termasuk izakaya) sampai dengan restoran Asia pada umumnya.

Bumbu untuk membuat nasi goreng tidak sulit didapat, khususnya di Tokyo.

Bahkan dahulu ada drama yang diberi judul "Divisi nasi goreng Kepolisian Metropolitan", dimana para pemain berasal dari grup musik AKB48.

Ketenaran nasi goreng tersebut, banyak membantu masa awal saya tinggal disini ketika masih berbahasa Jepang dengan terbata-bata.

Ketika bertemu teman baru, entah itu saat ikut beberapa kegiatan seperti hunting foto bersama, trekking, jalan-jalan, barbecue dan sebagainya, beberapa orang Jepang bahkan berucap "nasi goreng" ketika mereka tahu bahwa saya berasal dari Indonesia.

Sehingga saya tidak mempunyai kesulitan menjalin komunikasi, menggunakan topik nasi goreng sebagai pembuka percakapan.

Saya pun kerap mengundang teman-teman untuk pesta nasi goreng di rumah. Berkat nasi goreng, maka saya bisa menjalin persahabatan dengan banyak orang, dari berbagai profesi, umur dan domisili di Jepang.

Dengan alasan tersebut, kiranya tidak berlebihan jika saya katakan bahwa makanan ternyata tidak terikat pada satu fungsi saja, yaitu hanya sebagai sumber asupan energi bagi kelangsungan hidup manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun