Yang pasti, obat digital menjanjikan masa depan yang cerah bagi dunia medis dimasa datang. Ini juga bisa menjadi titik balik sejarah obat, yang sudah dimulai sejak abad 4000 SM pada zaman peradaban Mesopotamia.
Alasannya adalah sebagai berikut.
Pada zaman itu obat dibuat dari tumbuhan (daun, batang dan akar) yang merupakan barang yang langka. Kemudian cara pembuatan obat ini terus dilanjutkan dalam peradaban kuno Tiongkok, juga pada masa Abad Pertengahan di Eropa.Â
Awal abad ke-20, sedikit perubahan terjadi karena bahan-bahan kimia mulai digunakan untuk membuat obat. Yang tidak berubah adalah selama waktu itu, kita hanya mengenal obat yang mempunyai wujud. Sehingga kemunculan obat digital akan mengubah cara pandang kita pada obat, dan cara kita menggunakan obat.
Baiklah sebelum menutup cerita, saya ingin memberikan pandangan pribadi tentang pertanyaan yang saya gunakan pada judul.
Dengan pertimbangan kelebihannya dibandingkan dengan obat konvensional, dan juga melihat perkembangan teknologi lain yang bisa menunjang pengembangannya, maka obat digital saya pikir bisa menjadi obat terbaik bagi penyakit yang diderita oleh manusia pada masa mendatang.
Apalagi kita tahu bahwa semakin lama semakin bervariasi pula jenis penyakit yang menyerang manusia. Seperti penyakit yang disebabkan oleh Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi di segala penjuru dunia.
Penyakit baru tentu membutuhkan cara penanganan yang baru juga. Data-data harus dikumpulkan secara lebih cepat dan efektif untuk penanganan penyakit yang lebih terpadu.
Pengembangan obat baru membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang lama dan saya kira obat digital bisa menjadi jawaban atas segala masalah tersebut.
Namun kita juga perlu ingat bahwa penggunaan obat digital (yang wujudnya adalah aplikasi pada smartphone) diharapkan tidak menimbulkan efek samping lain yang menyebabkan pengguna (pasien) menderita.
Misalnya jika pasien kecanduan rokok sudah bisa sembuh, namun malah kemudian muncul penyakit lain yaitu kecanduan bermain smartphone.