Selain itu, obat digital juga bisa menghemat sumber daya tenaga medis yang bekerja di rumah sakit. Karena pasien tidak perlu datang untuk berobat, dan dia bisa langsung menggunakan obat digital kapan saja dan dimana saja.
Hal ini tentu meringankan beban rumah sakit, karena dengan demikian, tenaga medis bisa dialokasikan untuk mengurusi pasien lain yang banyak mengantri dan membutuhkan pertolongan atau penanganan lebih serius.
Walaupun banyak keunggulan obat digital seperti yang sudah saya bahas, akan tetapi ada juga keterbatasan dari obat digital.
Saat ini pengaplikasian obat digital hanya terbatas pada penyakit yang berhubungan dengan kesehatan mental, Â maupun untuk memperbaiki perilaku yang jauh dari pola hidup sehat.
Oleh karena itu, belum banyak jumlah obat digital yang dibuat oleh perusahaan medis.
Selain obat digital untuk menyembuhkan ketergantungan nikotin, perusahaan startup medis lain di Jepang yang bernama SusMed membuat obat digital bagi pasien yang mengalami gangguan kesulitan tidur.
Ada juga obat digital yang sudah disahkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika (FDA) bagi pasien yang memiliki ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
Namun dengan bantuan teknologi lain yang sedang berkembang saat ini, misalnya nanomedicine, saya yakin keterbatasan dari obat digital sedikit demi sedikit bisa dihilangkan.
Nanomedicine merupakan aplikasi nanotechnology pada bidang medis. Sebagai catatan, nanotechnology adalah teknologi tentang, atau teknologi yang diaplikasikan pada benda-benda yang berukuran nano (besar satu nano adalah sepermiliar meter).
Pada masa mendatang, dengan nanomedicine orang misalnya bisa membuat mesin biologi dan memasang nanosensor disana. Kemudian mesin ini dimasukkan ke dalam tubuh manusia.
Melalui obat digital, pasien bisa mengendalikan mesin biologi tersebut untuk menyembuhkan suatu penyakit, maupun untuk mengontrol pelepasan zat yang dibawa mesin untuk melawan sel-sel jahat di dalam tubuh manusia.