Gedung konser utama ini mempunyai nama lain yaitu Takemitsu Memorial. Nama ini diberikan untuk mengenang perancang gedung konser yaitu Takemitsu Tooru, yang meninggal dan belum sempat menyaksikan gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1997.
Kalau kita lihat ruangan dalam konser, bentuknya seperti kotak empat persegi panjang. Omong-omong tentang kotak persegi panjang, saya yakin Anda sudah tidak asing lagi dan tentu pernah melihatnya. Coba pembaca tebak, kira-kira dimana Anda pernah melihatnya.
Betul, Anda pasti mendapat kotak dengan bentuk seperti ini ketika membeli sepatu. Nah, gedung konser yang mempunyai bentuk persegi panjang dalam bahasa teknis biasa disebut shoe box type.
Membayangkan berada di dalam kotak sepatu mungkin terasa agak janggal. Namun, rasa janggal berubah menjadi takjub ketika melihat interior gedung konser. Kenapa saya bilang takjub?.
Karena interior bagian atas bentuknya seperti piramida, sehingga saya merasa seperti berada di kapal yang datang dari galaksi luar. Bahan baku interior berasal dari kayu oak Eropa yang memang terkenal sebagai medium yang bagus untuk penghantar getaran suara.Â
Nama Leo L. Beranek tentu sudah tidak asing lagi bagi Anda yang maniak dengan segala sesuatu tentang akustik. Maestro akustik yang sudah merancang beberapa gedung konser dan opera hall di seluruh dunia ini adalah orang yang merancang interior, agar efek akustik ruangan konser disini bisa maksimal.
Kemudian posisi lantai gedung konser dibuat menurun (juga posisi kursi) kalau kita masuk dari pintu utama. Sehingga penonton yang duduk di belakang (dekat dengan pintu masuk utama) bisa dengan agak leluasa memandang ke bagian depan.Â
Kalau kita berjalan terus sampai ke depan, terdapat panggung tempat pemain orkestra dan konduktor. Panggung mempunyai latar belakang pipe organ buatan Orgelbau TH Kuhn (perusahaan Swiss) yang berukuran besar. Dari jauh, warna logam dari pipe organ tampak kontras dengan interior dari kayu yang berwarna cokelat.
Oana Yuuichi, sang konduktor yang telah saya sebut sebelumnya, memang mahir membawa penonton (termasuk saya) untuk "berkelana" ke berbagai macam tempat dan suasana, dengan iringan irama dan melodi hasil dari petikan mandolin, mandocello, gitar, kontrabas serta tiupan flute, klarinet dan pukulan perkusi ditambah dentingan organ.
Pada konser bagian pertama, dia berhasil membawa saya untuk mengunjungi dan menikmati suasana Italia, sebagai negara asal mandolin. Orkestra membuka konser dengan memainkan karya S.Falbo yang berjudul "Overture in Re minore".Â