Karena buku-buku yang dijual di daerah Jimbocho, bukan sekadar buku bekas. Tapi kebanyakan buku yang yang dijual di sana, diterbitkan pada era Meiji (tahun 1800 akhir), Taisho (awal tahun 1900), maupun Showa (1926 sampai 1989).
Kemudian banyak juga dari buku-buku merupakan versi cetakan pertama (dalam bahasa Jepang disebut shohan).
Buku versi shohan ini amat banyak dicari (saya termasuk pemburu buku shohan). Karena kalau buku itu dicetak ulang, pada cetakan kedua dan seterusnya, isi buku terkadang berubah (sengaja melalui perubahan redaksional).Â
Itu bisa terjadi dengan mengganti kata-kata yang bisa diartikan sebagai ejekan (misalnya kata buraku, sebutan untuk desa yang terpencil/tertinggal), mengubah susunan bab, bahkan menghapus bagian tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan zaman saat buku itu dicetak ulang.
Selain itu, toko buku di Jimbocho juga banyak menjual buku yang sudah tidak dicetak ulang lagi (dalam bahasa Jepang disebut zeppan). Buku zeppan ini juga banyak peminatnya, terutama bila topik yang dibahas pada buku adalah topik langka, atau penulis ahli topik tersebut tidak begitu banyak jumlahnya. Sehingga jumlah buku tentang topik tertentu tidak banyak dicetak (dengan kata lain buku menjadi langka).
Pada era Meiji, banyak pejabat pemerintah, maupun kaum cerdik cendikia tinggal di daerah sekitar Jimbocho. Ditambah lagi, banyak sekolah maupun universitas didirikan di daerah ini.
Misalnya Tokyo Kaisei Gakkou yang merupakan asal mula dari Tokyo Daigaku (Universitas Tokyo). Lalu Meiji Houritsu Gakkou (sekarang menjadi Meiji Daigaku atau Universitas Meiji), Tokyo Hougakkou (saat ini bernama Housei Daigaku atau Universitas Housei), Nihon Houritsu Gakkou (sekarang dikenal sebagai Nihon Daigaku atau Universitas Nihon), dan beberapa universitas lain.
Murid-murid dari universitas tersebut (terutama murid dari kalangan atas) biasanya menghibahkan buku-buku yang sudah mereka baca/pakai kepada adik kelas mereka setelah lulus. Atau ada juga dari kalangan cerdik cendikia yang menghibahkan bukunya, karena mereka pindah ke daerah lain.
Sehingga beberapa orang melihat itu sebagai peluang bisnis. Kemudian mereka mendirikan toko dengan bisnis utama membeli buku-buku tersebut, kemudian menjual kembali kepada mahasiswa yang berkuliah di sekitarnya.
Dari tahun ke tahun, toko kemudian berkembang bukan hanya dalam jumlah, namun juga jenis buku yang dijual di masing-masing toko buku.