Sebenarnya saya bersyukur karena sebagai orang Indonesia, mempunyai Bahasa Indonesia yang lebih fleksibel dan tidak ada batasan huruf karena kita bebas merangkai kata dari huruf "a" sampai "z".
Berbeda dengan Bahasa Jepang, yang mengharuskan orang untuk menggunakan kanji dari daftar yang disebut Jouyoukanji (Kanji untuk digunakan sehari-hari), yang "hanya" terdiri dari 2136 aksara kanji. Ditambah lagi, ada juga beberapa aksara kanji yang mempunyai lafal yang sama, sehingga ketika saya membuat tulisan (makalah) atau membuat laporan, saya harus benar-benar mengecek apakah kanji yang saya gunakan itu sesuai dengan arti yang mau saya tulis. Bisa dibayangkan rempong-nya kan?
Karena baru dalam tahap "belajar" menulis (dalam Bahasa Indoensia), maka saya hanya mempunyai 49 artikel di akun lama saya sejak 1 Juli 2017. Entah kenapa tiba-tiba akun itu diblok. Saya sudah menuliskan keluhan melalui email, dan dikatakan "mungkin" saya telah komen sesuatu yang membuat saya diblok di Kompas.
Mungkin saya lupa, tapi tujuan saya membuat akun adalah untuk menulis di Kompasiana, dan saya tidak merasa pernah komen yang "aneh" di Kompas.com (komen di Kompasiana juga jarang). Saya juga baru tahu bahwa ada beberapa member yang mengalami nasib serupa, setelah membaca tulisan mereka.
Saya tidak mau berargumen panjang tentang hal ini (misalnya, saya curiga di coding SSO nya, karena terkadang dengan beberapa trik saya masih bisa login dengan akun lama walaupun kemudian "nyangkut" lagi). SSO memang terkadang bermasalah, seperti pengalaman saya ketika mengurus misalnya pesan tiket melalui Web kantor (karena semua sistem web di kantor memakai SSO supaya praktis), yang akhirnya bisa diatasi oleh team IT.
Toh untuk membuat akun baru di Kompasiana juga gratis.
Akhirnya, saya membuat akun baru (yang saya pakai sampai sekarang) dan sudah menulis sebanyak 37 artikel sejak 9 Februari 2018.
Sebenarnya ada banyak ide dikepala yang ingin saya tuangkan karena banyak informasi/kejadian yang saya baca maupun alami di Jepang, yang mungkin menarik untuk dibagikan kepada pembaca.
Mulai dari kejadian yang remeh-temeh sehari-hari, kejadian di jalan, tentang kegiatan saya sebagai "roudousha (alias kuli)", tentang teknologi, keunikan budaya, keindahan alam dan lainnya.
Meskipun, tidak menutup kemungkinan banyak juga kejadian di Indonesia yang lucu bin fantastis yang bisa dijadikan bahan untuk tulisan, misalnya dari orang-orang seperti FH, FZ, AR, AD, RG, ES, RS, kemudian RS yang satunya lagi, dan lain-lain.
Terus, kenapa tulisanmu sedikit?