Entah darimana asal amplop besar berwarna coklat itu, karena ketika Puutaro duduk di meja kantornya yang berantakan, benda itu sudah tergeletak disana.
Meskipun pekerjaannya adalah seorang editor dari majalah tabloid populer, gajinya hanya pas-pasan saja. Sehingga Puutaro memang jarang pulang ke rumahnya, karena untuk mengirit ongkos pulang dan pergi.Â
Dia tidur di ruang serbaguna, yang biasa digunakan untuk rapat dan juga untuk keperluan lain. Hanya sesekali saja dia pulang ke rumahnya dalam sebulan, seperti kemarin. Dia memang merasa lebih nyaman berada di ruang kantornya, yang berjarak hanya 200 meter dari stasiun Ekoda.
Dia mengambil amplop itu, dan mendapati tulisan dengan huruf besar "Dari 9 Samurai" di luarnya.
Didalamnya dia menemukan satu kaset yang berlabel "kemenangan simbol". Zaman sekarang, amat jarang orang yang masih punya pemutar kaset. Namun untungnya, dia masih mempunyai satu pemutar kaset kecil, yang disimpan di lemarinya yang penuh sesak di ruangan yang sempit itu.Â
Seingatnya, benda itu dia beli di Akihabara puluhan tahun yang lalu, ketika para pasokon-otaku*1) masih banyak berkeliaran disana. Tidak seperti sekarang, Akihabara sudah menjadi surganya anime.
Melihat kata simbol, ingatannya kembali sewaktu dia masih menjadi koukousei.*2)
Saat itu, dia memang paling susah untuk menghafal simbol unsur kimia yang tertulis di tabel periodik unsur kimia. Meskipun begitu, dia terkagum-kagum kepada sosok Dmitri Mendeleev, yang dengan cerdiknya bisa membuat tabel periodik, sehingga memudahkan jalan bagi orang untuk memahami unsur-unsur kimia tersebut.
Lalu, zaman dia sekolah dulu, simbol juga digunakan di pelajaran lain, misalnya matematika, geografi dan fisika.
Kemudian ingatannya melayang sejenak kepada Fumiko san, guru cerdas namun cerewet yang menjadi wali kelasnya.
Segera dia memasukkan kaset ke pemutar, dan menekan beberapa kali tombol play yang memang sudah agak macet. Dia melihat gulungan kaset mulai berputar, dan pita mulai bergerak dari kiri ke kanan.
"Baik, sekarang mari kita mulai perundingan untuk menentukan calon wakil saya untuk sousenkyo*3) tahun depan."
Dia mengenal baik suara itu, suara dari Joujima souridaijin*4) yang amat dikagumi Puutaro, seorang pekerja keras.
"Apakah kita akan fokus ke rencana kita semula, maju dengan wakil yang sudah kita bicarakan sebelumnya?"
Joujima melanjutkan pembicaraan.
"Tentu, karena memang dialah orang yang paling cocok untuk keadaan sekarang ini."
"Ya, kita harus terus."
Terdengar ada dua orang yang bersahutan memberikan tanggapan positif. Puutaro bisa memastikan, itu suara dari orang-orang partai merah dan kuning.
Puutaro akhirnya paham bahwa ini adalah kaset rekaman yang diambil secara diam-diam, dari perundingan 9 partai yang berlangsung sebelum mereka mengumumkan wakil dari Joujima. Banyak orang yang menebak-nebak bagaimana perundingan saat itu berjalan, karena pengumuman wakilnya saat itu membuat orang terkejut.
Tapi, sepertinya perekam diletakkan agak jauh dari meja perundingan, karena terkadang Puutaro tidak bisa mendengar dengan jelas suara dari kaset. Dia hanya tahu bahwa orang-orang yang hadir disana terus berdiskusi, dan kalau boleh dibilang tampak berdebat dengan nada tinggi antara satu dengan yang lain.
Puutaro terus mendengarkan kaset, sambil membaca majalah yang tadi dibelinya di Family Mart.
"Tapi kita tidak akan bisa menang karena keadaan akhir-akhir ini sangat serius. Terutama serangan dari lawan-lawan kita amat gencar dan makin tidak terkendali."
Puutaro terkejut mendengar suara lantang itu. Lalu dia meletakkan majalahnya, agar bisa sedikit konsentrasi mendengarkan rekaman kaset. Dia ingat suara itu sepertinya dari perwakilan partai hijau.
"Kita butuh kartu As, yang bisa membuat mereka mati kutu!"
Ah, benar memang orang dari partai hijau itu sepertinya.
Puutaro ingat, bahwa orang yang sama juga berkata akan meninggalkan koalisi jika calon bukan dari partai mereka.
"Saya yakin kita bisa menang dengan strategi ini."
Orang itu melanjutkan kata-katanya.
"Ya, tetapi bukankah nanti banyak orang yang bertanya karena calon tersebut merupakan bagian dari kelompok yang membuat kegaduhan waktu itu?"
Puutaro menebak ini suara orang yang agak muda, namun dia tidak ingat dan tidak yakin siapa dia.
Memang keadaan politik menjadi agak gaduh setelah pemilihan kenchiji *5) tahun lalu.
Kenchiji yang lama harus rela melepas jabatannya karena dia kalah, dan kemudian dijebloskan ke penjara karena perkataannya.
Puutaro merenung sebentar.
Sepengetahuan Puutaro, simbol, seperti yang tertulis pada label kaset, secara umum melambangkan sesuatu yang tidak bisa dikenali secara langsung oleh pancaindra seperti mata atau telinga.
Contohnya, pada kata "Burung Dara adalah simbol perdamaian". Orang tentunya tahu dan bisa kenal dengan yang namanya Burung Dara, tapi apakah orang bisa tahu apa itu perdamaian?
Puutaro sangsi akan hal itu.
Dia berpikir, mungkin ada diantara orang yang berpendapat misalnya, jiwa tenteram itu adalah wujud dari perdamaian. Namun, Puutaro yakin bahwa tenteram disini juga suatu keadaan yang abstrak. Lain orang akan punya lain pendapat juga tentang apa dan bagaimana tenteram itu.
Lalu, Puutaro juga pernah membaca, entah dimana dia agak lupa, bahwa simbol menurut asal katanya berasal dari Bahasa Yunani symbolon (kata benda) yang berasal dari kata kerja symballein.
Arti asalnya adalah dua benda yang kemudian dibelah, lalu kedua benda tersebut dipegang oleh dua orang (kelompok) yang berbeda.
Masing-masing belahan itu digunakan kembali untuk membuktikan, misalnya jika dua orang (atau kelompok) itu berjanji sesuatu, dikemudian hari mereka (dua orang atau dua kelompok itu) menyatukan kembali masing-masing potongan untuk membuktikan bahwa kedua orang (kelompok) itulah yang memang membuat perjanjian sebelumnya.
Karena Puutaro tinggal di Jepang, maka dia paham betul contoh nyata simbol dalam pemerintahan yaitu Kaisar, merupakan simbol dari negara Jepang. Simbol ini mempunyai dasar yang kuat karena telah dituliskan secara jelas di dalam Kenpou *6) pada ayat pertama. Sehingga, mengenai simbol ini tidak ada orang yang protes, karena semua orang pasti akan mengamininya.
Saat ini dia juga tidak tahu pasti kenapa amplop yang berisi kaset berlabel "kemenangan simbol" dikirimkan kepadanya, entah oleh siapa.
Mungkin pengirimnya tahu bahwa Puutaro, selain menjadi editor, dia sering juga menulis kritikan keras mengenai penyalahgunaan simbol-simbol  untuk kepentingan politik.
"hidup simbol!"
"hidup simbol!"
"hidup simbol!"
Pekikan keras "hidup simbol!" sebanyak 3 kali yang terdengar dari kaset yang sedang diputar itu, membuyarkan perenungan Puutaro.
Sepertinya, itu juga menjadi bagian akhir dari rekaman kaset yang diambil secara diam-diam. Rekaman kaset berdurasi kurang lebih 30 menit. Sangat singkat.
Sebenarnya Puutaro kurang bisa mendengar dengan jelas jalannya perundingan dari suara rekaman kaset itu. Yang pasti, banyak perbincangan dan sepertinya ada sedikit desakan dimenit terakhir perundingan. Puutaro berpikir mungkin ini  yang kemudian menghasilkan pengumuman yang mengejutkan itu.
Satu hal yang dimengerti dengan terang benderang oleh Puutaro adalah, pada akhirnya simbol jugalah menentukan pilihan.
Simbol melawan simbol.
Mungkin juga, simbol, digunakan dengan tujuan seperti fungsi awalnya yaitu untuk "perjanjian". Mungkin juga sudah ada janji-janji yang terselubung dibalik "simbol-simbol" itu.
Matahari mulai merangkak naik.Â
Puutaro kemudian beranjak mendekati jendela untuk sedikit menutup gorden agar sinar mentari di musim panas tidak banyak masuk ke ruangannya yang sempit dan pengap.
Rasa lapar mulai menjangkitinya, sehingga dia kemudian membuka bungkusan bento *7) yang dibuat oleh simbok *8).
Sebagai orang Jepang, memang Puutaro jarang memanggil ibunya dengan sebutan okaasan, atau ofukuro seperti umumnya orang Jepang. Dia lebih nyaman memanggil ibunya dengan sebutan simbok, dan terbiasa dengan panggilan itu. Karena dulu waktu kecil, dia pernah tinggal di suatu tempat di Pulau Jawa, mengikuti ayahnya yang bertugas menggarap proyek PLTA disana.
Setelah membuka tutup bentonya, dia tersenyum sumringah melihat lauk yasai itame *9) ditambah dengan 5 buah sosis goreng, menu kesukaannya.Â
Simbok memang paling tahu apa yang dia suka dan selalu ingin membuat Puutaro bahagia. Puutaro bisa merasakannya.
Sekarang pikirannya tidak lagi tertuju pada simbol, yang dia dengar dari kaset yang diputarnya tadi. Dia melahap bentonya, sambil sesekali minum ocha dalam botol plastik yang dibelinya di vending dalam perjalanannya ke kantor tadi.
Baginya, simbok adalah pahlawan yang selalu menang, yang melebihi dan bisa mengalahkan simbol.
Catatan :
1) pasokon-otaku : maniak komputer
2) koukousei : anak SMA
3) sousenkyo : Pemilu
4) souridaijin : Â perdana menteri
5) kenchiji : gubernur
6) kenpou : UUD Jepang
7) bento : nasi lengkap dengan lauk pauk dalam wadah tertutup kecil
8) simbok : ibu
9) yasai itame : oseng sayuran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H