Sebagai orang Jepang, memang Puutaro jarang memanggil ibunya dengan sebutan okaasan, atau ofukuro seperti umumnya orang Jepang. Dia lebih nyaman memanggil ibunya dengan sebutan simbok, dan terbiasa dengan panggilan itu. Karena dulu waktu kecil, dia pernah tinggal di suatu tempat di Pulau Jawa, mengikuti ayahnya yang bertugas menggarap proyek PLTA disana.
Setelah membuka tutup bentonya, dia tersenyum sumringah melihat lauk yasai itame *9) ditambah dengan 5 buah sosis goreng, menu kesukaannya.Â
Simbok memang paling tahu apa yang dia suka dan selalu ingin membuat Puutaro bahagia. Puutaro bisa merasakannya.
Sekarang pikirannya tidak lagi tertuju pada simbol, yang dia dengar dari kaset yang diputarnya tadi. Dia melahap bentonya, sambil sesekali minum ocha dalam botol plastik yang dibelinya di vending dalam perjalanannya ke kantor tadi.
Baginya, simbok adalah pahlawan yang selalu menang, yang melebihi dan bisa mengalahkan simbol.
Catatan :
1) pasokon-otaku : maniak komputer
2) koukousei : anak SMA
3) sousenkyo : Pemilu
4) souridaijin : Â perdana menteri
5) kenchiji : gubernur
6) kenpou : UUD Jepang
7) bento : nasi lengkap dengan lauk pauk dalam wadah tertutup kecil
8) simbok : ibu
9) yasai itame : oseng sayuran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H