Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nishino Akira, Sang "Shoubushi" dan Keajaiban Angka "3"

1 Juli 2018   12:45 Diperbarui: 1 Juli 2018   14:14 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Shoubushi, Nishino Akira (Getty Images)

Sehari setelah pertandingan antara Jepang melawan Polandia, euforia masyarakat Jepang perihal lolosnya tim "Samurai Blue"masuk dalam 16 besar pada FIFA Piala Dunia (FPD) 2018 di Rusia bisa saya rasakan baik dalam perjalanan menuju, maupun di kantor. Di dalam kereta, saya mendengar ada beberapa orang yang membicarakan pertandingan itu. Sementara di kantor, teman yang duduk di kiri kanan saya juga dengan wajah sumringah berbicara dengan topik yang sama.

Walaupun banyak juga polemik yang timbul dalam masyarakat Jepang mengenai pertandingan tanggal 28 Juni yang lalu, dimana  tim Jepang mendadak menghentikan "serangan" ke gawang lawan, dan hanya bermain "santai" dengan oper bola di area sendiri selama 10 menit sebelum pertandingan berakhir.

Padahal Jepang bermain dengan agresif di paruh pertama pertandingan. Nishino dengan berani mengganti 6 posisi pemain inti pada pertandingan melawan Polandia kali ini. Dengan pemain yang masih "fresh", dari statistik pertandingan Jepang tampaknya bisa menguasai bola sekitar 54 persen, dibanding dengan Polandia dengan 46 persen.

Namun dari jumlah total tembakan bola, tim Jepang masih kalah dibandingkan dengan Polandia. Polandia melancarkan 11 tendangan yang mengincar gawang Jepang, ditambah tendangan bebas sebanyak 12 kali dan tendangan sudut 7 kali. Sementara Jepang hanya mendapat tendangan bebas sebanyak 8 kali dan tendangan sudut 5 kali.

Dengan banyaknya tembakan bola dari tim Polandia, akhirnya jaring gawang Jepang yang dijaga oleh Kawashima bergetar pada paruh kedua menit ke-14, hasil tembakan dari kaki Jan Bednarek . Walaupun kebobolan, Kawashima bisa dikatakan bermain bagus pada pertandingan kali ini, terutama karena di paruh pertama menit ke-32, dia bisa menahan sundulan keras dari Kamil Grosicki. 

Dari penayangan ulang dengan goal-line technology, kita bisa melihat bahwa hanya butuh 8 sentimeter lagi untuk bola melewati garis putih. Gawang Jepang selamat dan dengan keberhasilan ini Kawashima dielu-elukan. Bahkan dia dijuluki mempunyai "tangan dewa", walaupun sebelumnya Kawashima mendapat banyak cemoohan karena dianggap ceroboh menjaga gawang pada dua pertandingan terdahulu.

Posisi Jepang di grup H bergerak dinamis saat pertandingan melawan Polandia, karena pertandingan antara Senegal dan Kolombia (yang sama-sama berada di grup H) juga terjadi pada saat yang sama. Dari awal pertandingan sampai paruh pertama berakhir, Jepang menduduki posisi pertama di grup H. 

Namun setelah gawangnya dibobol terlebih dahulu oleh Polandia, Jepang melorot keposisi ketiga, sementara Senegal di posisi kesatu dan Kolombia mengikuti di posisi kedua. Namun kemudian, Kolombia berhasil membobol gawang Senegal di paruh kedua menit ke-29. Sehingga otomatis posisi Kolombia naik menjadi pertama, disusul Jepang di tempat kedua kemudian Senegal pada urutan ketiga.

Kita bisa melihat bahwa "informasi" memegang peranan yang amat penting, bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pertandingan besar sekelas FPD pun, informasi menjadi salah satu kunci dan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh tim Jepang. Dalam siaran langsung antara Jepang dan Polandia, kru televisi menyorot dua kali suporter Jepang yang kedapatan melihat informasi hasil pertandingan antara Kolombia dan Senegal dilayar smartphone mereka.

Nishino sendiri juga mengikuti hasil pertandingan antara Kolombia dan Senegal, dengan informasi yang diberikan oleh stafnya yang berada bersama dia di area pertandingan. Sementara itu, pemain Jepang yang duduk di bangku cadangan juga memberi informasi kepada pemain yang berlaga dilapangan mengenai hasil pertandingan kedua tim tersebut.

Ada beberapa hal menarik yang bisa disimak dari Nishino Akira, pelatih Jepang yang baru 2 bulan diserahi tugas untuk membimbing tim "Samurai Blue".

Pertama, Nishino berani menggantikan posisi 6 pemain inti yang sudah berlaga pada pertandingan petama dan keduanya. Bahkan, ada beberapa orang seperti Makino, lalu Muto yang baru pertama kali ikut pergelaran sepak bola tingkat dunia, kemudian dipasang pada formasi 4-2-2 yang dirancangnya saat bertanding melawan Polandia.

Kedua, dia juga dengan berani mempertaruhkan nasib Jepang pada hasil pertandingan antara Kolombia dan Senegal dengan menginstruksikan para pemain untuk bermain "santai" dengan mengoper bolak-balik bola saja, tanpa bergerak melakukan penyerangan ke gawang lawan sekitar 10 menit sebelum pertandingan berakhir.

Dari dua hal diatas, kita tahu bahwa Nishino mempunyai "sesuatu" yang tidak dipunyai oleh pelatih tim negara lain. Orang-orang menyebutnya sebagai shoubushi (gambler). 

Bagaimana tidak. Pada pertandingan terakhir Jepang di grup H yang menentukan itu, dia dengan berani mengganti posisi 6 pemain inti sekaligus, dan bahkan memasukkan pemain yang belum pernah bermain di pertandingan sekelas Piala Dunia. Shoubushi, suatu istilah yang biasanya disematkan pada orang yang bermain judi, maupun pada olahraga seperti Shogi (catur Jepang), adalah orang yang berani mengambil keputusan walaupun dia tahu itu berbahaya dan beresiko tinggi.

Terlebih lagi, setelah dia mengetahui bahwa Kolombia berhasil membobol gawang Senegal di paruh kedua menit ke-29, dia bisa merasakan ini adalah angin baik bagi Jepang. Lalu dia memerintahkan timnya untuk bertahan, yang berlawanan 180 derajat dari pola penyerangan agresif yang biasa dilakukannya. Hal ini diperkuat dengan langkahnya memasukkan Hasebe ke arena rumput Volgograd pada menit ke-37 paruh kedua menjelang pertandingan berakhir.

Memang kalau dilihat sekilas, Nishino tampaknya menyerahkan begitu saja nasib tim "Samurai Blue" pada kemampuan Kolombia menahan Senegal dengan skor 1-0 sampai babak terakhir. Yang pada kenyataannya, David Ospina memang berhasil menjaga jaring gawangnya tidak bergetar sedikitpun atas serangan yang dilancarkan oleh tim asuhan Aliou Cisse sampai peluit panjang akhir pertandingan ditiup oleh wasit. 

Namun, disitulah kepiawaian seorang Nishino Akira sebagai shoubushi dibuktikan.  Dia bahkan bisa memprediksi Kolombia akan bisa menahan kedudukan 1-0, walapun pertandingan itu berlangsung sekitar 800 Km dari tempat dia berada. Mungkinkah Nishino mendapat "bisikan wangsit" tentang hal itu? Kita tidak tahu. Yang pasti, itulah kelebihan sang "shoubushi", bahwa dia bisa memprediksi hal-hal yang kelihatannya diluar esensi sebagai pelatih, namun dengan pasti menentukan arah angin kemenangan.

Keberhasilan Jepang lolos ke 16 besar memang menimbulkan banyak polemik. Ada beberapa komentar pedas, salah satunya adalah tentang penggunaan fair play points menodai arti dari fair play itu sendiri karena Jepang terlihat hanya mengulur waktu pada 10 menit sebelum pertandingan berakhir. 

Akan tetapi, itulah olah raga dan sebagian besar publik Jepang setuju strategi itu. Misalnya seperti bisa dibaca dari hasil analisa posting di twitter dimana 56,3 persen mendukung (postingannya berisi kata-kata yang mendukung), walaupun ada 39 persen tidak setuju dan 4,7 persen mengambil posisi netral. 

Tim Belgia tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ke-13 nya dalam FPD kali ini. "Pertempuran" antara Belgia dan Jepang dipastikan akan berlangsung seru karena dua tim ini sama-sama mengistirahatkan pemain intinya pada pertandingan terakhir di masing-masing grup. 

Belgia tentunya akan menunjukkan martabatnya sebagai tim yang menempati posisi nomor satu di grup G dengan hasil pertandingan 3 kali tak terkalahkan. Apalagi Belgia juga menduduki posisi 3 peringkat FIFA saat ini. Tim asuhan Roberto Martinez ini juga banyak diisi oleh star player yang bermain di Liga Premier di Inggris. 

Jepang tentunya juga tidak bisa merasa puas dan diatas angin, walau pada 5 kali perjumpaanya terdahulu melawan Belgia di FPD tahun 2002, Kirin Cup maupun pertandingan persahabatan, bisa memperoleh kemenangan 2 kali, seri 2 kali dan hanya 1 kali kalah. Terlebih keberhasilan Jepang lolos ke 16 besar kali ini merupakan kesempatan ke "3" nya untuk melaju ke babak berikutnya, setelah yang pertama tahun 2002 dan kedua tahun 2010 pada FPD masing-masing di Jepang-Korea Selatan dan Afrika Selatan.

Angka "3" sendiri merupakan salah satu angka yang melambangkan keberuntungan dan digemari di Jepang.  Misalnya, tinggi Tokyo Tower adalah 333 meter. Di Kyoto juga ada bangunan bernama Sanjuusangendo (Sanjuusan = 33) yang termasuk salah satu dari World Heritage.  

Angka "3" disebut sebagai angka "tuhan" pada buku sejarah tertua di Jepang yaitu Kojiki dan Nihonshoki. Bahkan, Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) memakai lambang Yatagarasu, yaitu burung gagak yang berkaki "3"!

Ada satu peribahasa Jepang yang berbunyi sandome no shoujiki. Artinya adalah, keberuntungan akan datang pada kali ke-3 (sandome), maupun perjuangan akan berbuah pada usaha yang ke-3 kali. 

Rostov Arena akan menjadi saksi, mampukah sang "shoubusi" memafaatkan angka "3" yang merupakan "angka tuhan" sebagai keberuntungan untuk melaju ke 8 besar sekaligus menorehkan sejarah baru dalam persepakbolaan Jepang melawan keganasan tim "Setan Merah" Belgia pada pertandingan yang juga mempunyai faktor keberuntungan bagi Jepang yaitu tanggal "3" Juli (waktu Jepang jam "3"  dini hari) nanti? Mari kita tunggu hasilnya bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun