Pertama, Nishino berani menggantikan posisi 6 pemain inti yang sudah berlaga pada pertandingan petama dan keduanya. Bahkan, ada beberapa orang seperti Makino, lalu Muto yang baru pertama kali ikut pergelaran sepak bola tingkat dunia, kemudian dipasang pada formasi 4-2-2 yang dirancangnya saat bertanding melawan Polandia.
Kedua, dia juga dengan berani mempertaruhkan nasib Jepang pada hasil pertandingan antara Kolombia dan Senegal dengan menginstruksikan para pemain untuk bermain "santai" dengan mengoper bolak-balik bola saja, tanpa bergerak melakukan penyerangan ke gawang lawan sekitar 10 menit sebelum pertandingan berakhir.
Dari dua hal diatas, kita tahu bahwa Nishino mempunyai "sesuatu" yang tidak dipunyai oleh pelatih tim negara lain. Orang-orang menyebutnya sebagai shoubushi (gambler).Â
Bagaimana tidak. Pada pertandingan terakhir Jepang di grup H yang menentukan itu, dia dengan berani mengganti posisi 6 pemain inti sekaligus, dan bahkan memasukkan pemain yang belum pernah bermain di pertandingan sekelas Piala Dunia. Shoubushi, suatu istilah yang biasanya disematkan pada orang yang bermain judi, maupun pada olahraga seperti Shogi (catur Jepang), adalah orang yang berani mengambil keputusan walaupun dia tahu itu berbahaya dan beresiko tinggi.
Terlebih lagi, setelah dia mengetahui bahwa Kolombia berhasil membobol gawang Senegal di paruh kedua menit ke-29, dia bisa merasakan ini adalah angin baik bagi Jepang. Lalu dia memerintahkan timnya untuk bertahan, yang berlawanan 180 derajat dari pola penyerangan agresif yang biasa dilakukannya. Hal ini diperkuat dengan langkahnya memasukkan Hasebe ke arena rumput Volgograd pada menit ke-37 paruh kedua menjelang pertandingan berakhir.
Memang kalau dilihat sekilas, Nishino tampaknya menyerahkan begitu saja nasib tim "Samurai Blue" pada kemampuan Kolombia menahan Senegal dengan skor 1-0 sampai babak terakhir. Yang pada kenyataannya, David Ospina memang berhasil menjaga jaring gawangnya tidak bergetar sedikitpun atas serangan yang dilancarkan oleh tim asuhan Aliou Cisse sampai peluit panjang akhir pertandingan ditiup oleh wasit.Â
Namun, disitulah kepiawaian seorang Nishino Akira sebagai shoubushi dibuktikan. Â Dia bahkan bisa memprediksi Kolombia akan bisa menahan kedudukan 1-0, walapun pertandingan itu berlangsung sekitar 800 Km dari tempat dia berada. Mungkinkah Nishino mendapat "bisikan wangsit" tentang hal itu? Kita tidak tahu. Yang pasti, itulah kelebihan sang "shoubushi", bahwa dia bisa memprediksi hal-hal yang kelihatannya diluar esensi sebagai pelatih, namun dengan pasti menentukan arah angin kemenangan.
Keberhasilan Jepang lolos ke 16 besar memang menimbulkan banyak polemik. Ada beberapa komentar pedas, salah satunya adalah tentang penggunaan fair play points menodai arti dari fair play itu sendiri karena Jepang terlihat hanya mengulur waktu pada 10 menit sebelum pertandingan berakhir.Â
Akan tetapi, itulah olah raga dan sebagian besar publik Jepang setuju strategi itu. Misalnya seperti bisa dibaca dari hasil analisa posting di twitter dimana 56,3 persen mendukung (postingannya berisi kata-kata yang mendukung), walaupun ada 39 persen tidak setuju dan 4,7 persen mengambil posisi netral.Â
Tim Belgia tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ke-13 nya dalam FPD kali ini. "Pertempuran" antara Belgia dan Jepang dipastikan akan berlangsung seru karena dua tim ini sama-sama mengistirahatkan pemain intinya pada pertandingan terakhir di masing-masing grup.Â
Belgia tentunya akan menunjukkan martabatnya sebagai tim yang menempati posisi nomor satu di grup G dengan hasil pertandingan 3 kali tak terkalahkan. Apalagi Belgia juga menduduki posisi 3 peringkat FIFA saat ini. Tim asuhan Roberto Martinez ini juga banyak diisi oleh star player yang bermain di Liga Premier di Inggris.Â