Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mana yang Lebih Mungkin, Indonesia Bubar atau Jepang Tenggelam?

27 Maret 2018   21:18 Diperbarui: 28 Maret 2018   11:49 2469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini Indonesia sedang heboh dengan berita ucapan seorang petinggi partai yang mengatakan bahwa Indonesia bisa bubar di tahun 2030, berdasarkan tulisan di sebuah novel fiksi Ghost Fleet (selanjutnya akan saya tulis GF). Saya tidak mau berpolemik tentang ucapannya, tapi saya lebih tertarik pada bagaimana penulis novel itu bisa berimajinasi bahwa Tiongkok mempunyai kekuatan yang bisa mengancam negara adidaya seperti Amerika. 

Di Jepang, ada juga novel yang berjudul Jepang Tenggelam (Nihon Chinbotsu, selanjutnya saya akan tulis NC) ---kemudian juga dibuat filmnya--- yang temanya adalah kepanikan penduduk karena kepulauan Jepang akan hilang ditelan laut setelah gempa tektonik besar yang diprediksi akan terjadi. Diceritakan bahwa masyarakat Jepang berbondong-bondong mulai mengungsi ke berbagai negara sebelum terjadinya gempa besar itu.

Dua novel fiksi itu menarik, karena bersinggungan dengan 2 negara yang berhubungan erat dengan kehidupan pribadi saya dan 2 negara itu dideskripsikan "lenyap" dari peredaran. Indonesia bubar karena pergolakan, sedangkan Jepang lenyap karena peristiwa alam.

Kekuatan Tiongkok
Kalau kita melihat fakta kekuatan Tiongkok sekarang, bisa jadi prediksi penulis GF itu benar adanya bahwa Tiongkok akan menjadi kekuatan baru dunia yang mampu menghadapi dan "menghantui" kekuatan Amerika.

Tiongkok kita tahu sudah menjadi "pabrik dunia", di mana hampir sebagian besar produk elektronik yang beredar di pasaran saat ini berlabel made in China. Dengan banyaknya pabrikan industri elektronik, maka permintaan akan pasokan bahan dasar untuk industri elektronik ---misalnya chip--- juga besar. Ironisnya, Tiongkok masih menggantungkan pasokan cipnya dari produsen cip luar negeri seperti Samsung Electronics, Micron dan SK Hynix. Oleh karena itu, pemerintah Tiongkok saat ini sedang mengumpulkan dana sebesar 31.5 triliun dolar untuk menunjang industri cip dalam negeri, agar bisa menjadi pemain utama di negaranya sendiri sekaligus juga agar bisa menjadi pemasok nomor satu pasar cip dunia.

Komponen elektronik bernama cip yang diproduksi secara massal dan ditanam di alat atau mesin yang digunakan lawan tentunya bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh pembuat chipnya. Kita tahu juga bahwa di novel GF, cip buatan Tiongkok yang dipasang di pesawat mutakhir Amerika F35 bisa melumpuhkan sistem persenjataannya.

Namun analis Amerika Bill McClean pesimis Tiongkok akan bisa memenuhi kebutuhan cip dalam negerinya sendiri. Menurut McClean, di tahun 2020 produsen Tiongkok hanya bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri sebesar 15%. Dari angka sebesar ini, merupakan hal yang tak mungkin untuk memenuhi kebutuhan cip di dunia. Mungkin karena itu perusahaan Tiongkok juga gencar mengincar engineer dari Jepang ---khususnya dari perusahaan cip besar seperti Hitachi atau NEC yang saat ini bisnisnya sedang lesu--- dengan iming-iming gaji yang menggiurkan untuk bisa mencapai target/ambisinya.

Tiongkok juga sedang membangun kekuatan lautnya, di antaranya dengan membangun pulau buatan di kepulauan Spratly, kebijakan One Belt One Road dengan membeli hak guna beberapa pelabuhan seperti di Srilanka, Oman, Djibouti, Nigeria, Australia dan lainnya. Pemerintah Tiongkok mengatakan itu semua untuk kepentingan kemudahan transportasi bahan-bahan industri seperti minyak, gas alam dan lainnya. Namun, beberapa negara juga sekaligus khawatir jika itu semua kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan militer.

Anggaran militer Tiongkok tahun lalu sebesar 1 trilyun yuan juga lumayan besar, dimana persentasenya mencapai 1.3 persen dari GDP-nya. Angka anggaran ini lebih besar 10 kali dibanding dengan anggaran di tahun 2000. Angka ini juga sekaligus menjadikannya sebagai negara dengan anggaran militer terbesar kedua setelah Amerika. Tiongkok juga berencana mempunyai 4 kapal induk besar di tahun 2030.

Dengan fakta-fakta diatas, sudah pasti Amerika juga khawatir dengan kekuatan Tiongkok. Bahkan saat ini "perang" perdagangan baru saja dimulai.

Poster Film Nihon Chinbotsu (www.nc06.jp)
Poster Film Nihon Chinbotsu (www.nc06.jp)
Fakta keadaan geografis Jepang
Jepang merupakan negara kepulauan seperti Indonesia, di mana lokasi kepulauannya berada dekat 4 lempeng ---yaitu lempeng Pasifik, lempeng laut Filipina, lempeng Yurasia dan lempeng Amerika Utara--- dan mempunyai kurang lebih 111 gunung berapi. Gunung Fuji yang sudah menjadi simbol Jepang pun sebenarnya adalah Gunung berapi, hanya saat ini dikatakan sedang dalam situasi "tidur".

Cerita dalam novel NC berangkat dari kenyataan di atas, bahwa kepulauan Jepang berada dekat 4 lempeng dan kemudian ada salah satu lempeng yang bergerak masuk (bergeser) ke lempengan lain. Akibat pergeseran ini maka Kepulauan Jepang yang terletak diatasnya terkena imbas yang menyebabkan daratan kepulauan Jepang masuk ditelan lautan.

Akhir ceritanya memang happy ending, di mana aktivitas pergerakan lempengan bisa dihentikan dengan ledakan buatan besar yang menghentikan pergerakan lempeng sehingga Jepang terhindar bisa dari tenggelam. Walaupun dalam film, peledakan itu harus mengorbankan tokoh utama yang menaruh dan mengaktifkan bomnya (ceritanya sih mirip dengan Independence Day, hanya ini versi lautnya).

Novel NC adalah karya fiksi, namun uniknya dalam pembuatannya filmnya, beberapa ilmuwan ternama di bidang kelautan dan gempa bumi juga diikutsertakan sebagai konsultan. Tentunya pembuat film juga tidak mau gegabah bahwa memang tema utama filmnya adalah fiksi, namun uraian atau dialog di dalam film juga harus disesuaikan dengan fakta keilmuan, baik dari ilmu kelautan, ahli gunung berapi dan ahli ilmu bumi.

Sisi positif yang bisa diambil
Berdasarkan hal yang saya telah utarakan di atas, maka jelas bahwa kekuatan Tiongkok memang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata. Inilah yang saya kira mau ditekankan oleh pembuat novel GF, khususnya bagi Amerika dan umumnya kepada masyarakat dunia. "Ancaman" Tiongkok dilukiskan dengan kemampuannya membuat berbagai senjata canggih dan aplikasi iptek dalam bidang pertahanan. Di dalam novel tersebut, banyak disajikan detail tentang senjata baru yang mutakhir. Hal ini tidak mengherankan karena salah satu pengarangnya, yaitu P.W. Singer, memang ahli dalam hal strategi dan persenjataan militer.

Tentang deskripsi "Indonesia Bubar" di dalam novel itu saya kira hanya taktik pengarang saja supaya fokus utama (tentang ancaman kekuatan Tiongkok) tidak menjadi kabur. Tentunya sebagai pengarang, dia pasti akan mengeleminasi hal-hal yang bukan jadi pokok bahasan masalah. 

Seperti saya juga kalau menulis, hal-hal yang saya pikir tidak penting akan saya tinggalkan atau ruang deskripsinya saya batasi. Saya pikir bubarnya Indonesia dengan asumsi revolusi Timor kedua juga sah-sah saja. Itu kan hak dia sebagai pengarang untuk berasumsi. Yang pasti sih, dengan mengatakan "Indonesia Bubar" di novelnya, maka pengarang tidak perlu bertele-tele lagi untuk menjelaskan tentang Indonesia, yang memang bukan pokok bahasan yang mau dia paparkan di situ.

Bagaimana tentang Jepang tenggelam? Kalau ada prediksi peristiwa gempa tektonik dahsyat yang bisa menyebabkan salah satu lempengan bumi termakan oleh lempengan lainnya, tentunya akibatnya bukan hanya Jepang yang merasakan. Lagipula, kalau hal itu akan terjadi, tentunya para peneliti juga sudah tentu memberikan peringatan jauh2 hari. 

Yang pasti, di Jepang memang sejak gempa besar di Fukushima 7 tahun lalu, ada beberapa prediksi dari para ilmuwan, bahkan ada acara televisi yang mensimulasikan tentang gempa besar yang akan mengguncang pusat kota Tokyo, dengan alasan bahwa siklus gempa besar terakhir terjadi beberapa ratus tahun lalu akan terulang di tahun yang tidak begitu lama lagi. Tapi persentasinya masih kecil untuk bisa dikhawatirkan, selain prediksi gempa juga merupakan hal yang sulit karena membutuhkan hitungan yang rumit dan perlu banyak parameter. 

Novel NC mengingatkan masyarakan Jepang, bahwa dengan banyaknya lempeng yang berada di dekat kepulauan Jepang, plus banyaknya gunung api yang aktif, maka masyarakat harus selalu waspada dan bersiap akan kemungkinan buruk (bencana alam) yang bisa terjadi. Untuk persiapan atau untuk pengingat itu juga, maka tiap tahun selalu diadakan latihan penyelamatan diri dari bencana, entah itu gempa atau kebakaran, baik di sekolah, kantor, perusahaan, rumah sakit dan tempat-tempat lain.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Fakta yang ada saat ini adalah, para elit politik memang masih suka jalan pintas yang gampang untuk mencapai atau paling tidak melicinkan jalannya untuk mencapai tujuan/ambisi politiknya.

Mereka (para elit politik itu) ogah ribet. Contohnya ya dengan polemik yang saya tulis di awal artikel ini. Dengan entengnya mencomot phrasa Indonesia "bubar" walaupun sebenarnya dia tahu bahwa buku yang dia kutip itu tak lebih dari sekedar fiksi. Saya pikir para elit politik itu paham betul karakter atau kondisi sosial politik masyarakat Indonesia, sehingga bagi orang2 tertentu yang kurang wawasan tentunya akan menelan mentah-mentah omongan itu. Entah mungkin dia punya harapan agar bisa menjadi pilihan alternatif pada masa pilpres mendatang (yang sebenarnya agak lucu juga sih karena di buku itu kan bubarnya tahun 2030, sedangkan kalau pun ikut pilpres itu untuk 2019-2024).

Kalau masalah "ogah" ribet ini, bukan hanya milik para elit politik saja. Masyarakat kita pada umumnya sama. Maunya tinggal ongkang-ongkang kaki, berharap rejeki nomplok (duit datang dengan tiba-tiba). Semua orang inginnya jadi bos ---terlepas dari dia itu kapabel atau enggak--- karena berharap kalau jadi bos nggak usah susah-susah bisa dapet duit atau bisa suruh ini itu plus dihormati pula.

Masyarakat juga masih dalam situasi euforia kebebasan (atau kebablasan ?) demokrasi setelah reformasi ditambah lagi seneng-senengnya mainan gawai. Bayangkan, saat ini orang paling tidak punya satu henpon, bahkan kadang ada yang punya dua atau lebih. Kalau dulu, boro-boro. Mau telpon saja harus kumpulin recehan supaya bisa ngantri di telepon umum.

Euforia "barang" baru teknologi bernama henpon (smartphone) ini memang membuat orang-orang lupa akan segalanya. Kalau sedang kumpul bersama teman, semuanya membisu karena yang diliat adalah henpon. Mau makan henpon dulu dikeluarkan. Sekarang , semua orang bisa "broadcast" apa saja, nggak usah tunggu ditanggap atau bahkan mengalahkan televisi atau radio. Kalau dulu, baru kena sorot sedikit di jalan oleh kru TV saja sudah seneng sampai kasih tau orang sekampung (padalah belum tentu tayang pula).

Jaman sekarang memang orang harus membuka wasawan dengan berbagai macam informasi, bukan hanya bertumpu pada satu sumber saja. Termasuk mencari informasi dengan cara konvensional seperti membaca buku. Kita harus membekali diri dengan informasi agar tidak hanyut terbawa atau terhempas gelombang "tsunami digital".

Lupakan urusan A-P-A (Agama-PKI-Asing/Aseng). Ah....., kalau membahas "apa", jadi inget lagunya Euis Darliah Apanya dong. Agama yang seharusnya ranah privat seseorang dan merupakan hubungan vertikal langsung manusia dengan yang diatas, namun yang terjadi malah banyak menimbulkan gesekan horizontal. Elit politik tertentu nampaknya tahu situasi ini, dan memanfaatkannya dengan baik (mengambil kesempatan dalam kesempitan).

Lalu kesimpulannya, apakah Indonesia akan bubar????

Sonna ahona!! (terjemahan bebas Bahasa Indonesianya kira2, "Muke gile lu Ndro")

Saya masih mau pulang ke Indonesia nanti dan pastinya Indonesia tidak akan bubar, karena saya yakin masih banyak orang-orang yang punya wawasan luas ke depan yang ingin mempertahankan Indonesia, dan tidak berkutat pada A-P-A nya melulu terus menerus kayak kerbau nggak mau bangun dari kubangan lumpur.

Bagaimana dengan Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun