Mohon tunggu...
Syntia Nureka Sapitri
Syntia Nureka Sapitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Patriarki dan Stereotip Gender sebagai Tantangan Perempuan dalam Dunia Politik Indonesia

15 Desember 2023   21:08 Diperbarui: 15 Desember 2023   21:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketidakadilan dan kesenjangan gender yang disebabkan oleh kebudayaan masyarakat yang didominasi oleh sistem patriarki berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. 

Laki-laki mengontrol masyarakat, sementara perempuan hanya memiliki sedikit kontrol atau bahkan tidak memiliki hak atas bidang masyarakat umum seperti ekonomi, sosial, politik, dan lainnya. Perempuan ditempatkan di posisi yang lebih rendah atau subordinat karena hal ini. Budaya patriarki mengurangi dan membatasi peran perempuan, yang membuat mereka terbelenggu dan terdiskriminasi. 

Di tengah berbagai gerakan feminisme dan aktivis perempuan yang gencar menyuarakan hak perempuan, mengapa budaya patriarki masih berlanjut. Sebenarnya apa yang harus kita benahi?

Stereotip Gender

Pandangan masyarakat terhadap perempuan yang selalu dianggap tak layak dalam berbagai bidang adalah hal yang memprihatinkan. Meskipun perempuan dapat berpartisipasi dalam bidang politik, ada berbagai alasan mengapa hal itu jarang terjadi. 

Faktor utamanya adalah stereotip bahwa dunia politik adalah dunia publik yang keras, kontroversial, dan membutuhkan akal, dan bahwa laki-laki lebih sanggup atas itu semua daripada perempuan. Perempuan sering sekali dianggap tak layak memimpin karena lebih mengedepankan emosi ketimbang rasionalitas. Pandangan tersebutlah yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan gender yang sangat besar.

Terlepas dari Budaya Patriarki dan Stereotip Gender yang masih sangat melekat di masyarakat kita ini, di dalam politik maupun tatanan kehidupan yang lain seharusnya tidak ada namanya perbedaan gender yang menjadi penghalang perempuan untuk berkiprah lebih jauh di dalamnya. 

Perempuan harus berdikari dalam memperjuangkan haknya, hal tersebut memang benar, tapi perlu diingat sekali lagi bahwa sangatlah penting adanya dukungan orang terdekat dan kesadaran masyarakat terhadap pemberdayaan perempuan juga menjadi faktor pendukung dalam memperkuat hak politik perempuan, artinya perempuan haruslah memperjuangkan dan diperjuangkan hak politiknya.

Meskipun jalan menuju kesetaraan gender dalam politik penuh dengan tantangan, kemajuan akhir-akhir ini mulai terlihat. Semakin banyak perempuan yang mendapatkan dukungan untuk berpartisipasi dalam politik, semakin besar kemungkinan untuk menghapus kebiasaan patriarki yang menghalangi kemajuan masyarakat.

Melalui kesadaran, pendidikan, dan tindakan nyata untuk menciptakan lingkungan politik yang inklusif, mendorong perempuan untuk berperan aktif, dan mengeksploitasi potensi penuh masyarakat Indonesia, kita dapat merangkul masa depan politik yang lebih dinamis, beragam, dan mencerminkan keberagaman Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Kita harus bersatu untuk mengakhiri era ketidaksetaraan dan membangun Indonesia yang lebih adil. Di mana setiap suara tanpa memandang gender memiliki kekuatan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun