Perjuangan dan persaingan berkelanjutan untuk menguasai pemerintah Iran semakin memanas antara Mosaddeq dan Shah. Pada bulan Agustus 1953, ketika shah berusaha untuk memberhentikan perdana menteri, massa Mosaddeq pengikut turun ke jalan dan memaksa shah untuk meninggalkan negara itu. Namun, dalam beberapa hari, lawan Mosaddeq, kelompok shah dengan dukungan A.S berusaha menggulingkan rezimnya dan mengembalikan shah ke tampuk kekuasaan. Maka Mosaddeq dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena pengkhianatan. (Etheredge, 2011)
Pendapatan minyak bumi terus mendorong ekonomi Iran ditahun 1970-an, dan pada tahun 1973 Iran menandatangani perjanjian minyak baru selama 20 tahun dengan konsorsium perusahaan-perusahaan Barat yang dipimpin oleh minyak bumi Inggris. Perjanjian ini memberikan kendali langsung atas ladang minyak Iran kepada pemerintah di bawah naungan NIOC dan memprakarsai hubungan penjual-pembeli standar antara NIOC dan perusahaan minyak.
Shah sangat sadar akan bahaya laten bila bergantung pada aset minyak yang dikuasai asing itu. Di 1950-an Iran memulai produksi mobil dan awal 1970-an engekspor kendaraan bermotor ke Mesir dan Yugoslavia. Pemerintah mengeksploitasi cadangan tembaga negara itu, dan pada tahun 1972 baja pertama Iran pabrik mulai memproduksi baja struktural. Iran juga berinvestasi besar-besaran di luar negeri dan terus mendesak kesepakatan barter untuk pemasaran minyak bumi dan gas alamnya.
Namun, keberhasilan yang cukup signifikan itu menimbulkan masalah-masalah baru. Ketidakstabilan dan fluktuasi moneter dunia dalam konsumsi minyak Barat secara serius mengancam ekonomi yang telah berkembang pesat sejak awal 1950-an dan terlebih aliran dana dari asset itu tujuannya ialah disalurkan dalam skala besar demi memenuhi permintaan biaya tinggi dalam program pembangunan dan pengeluaran militer iran yang besar. Maka ini menjadi dekade pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, disaat yang sama pengeluaran pemerintah yang besar juga terjadi, maka lonjakan harga minyak menyebabkan tingkat suku bunga yang tinggi. Terjadilah inflasi. Daya standar hidup orang iran secara keseluruhan mengalami stagnasi. Harga meroket karena pasokan gagal dipertahankan dengan permintaan, dan stabilitas kedhidupan negara. Sektor pertanian, dikelola dengan buruk, produktivitas terus menurun. Bahkan Reformasi Shah telah gagal sepenuhnya untuk memberikan tingkat partisipasi politik apa pun. Satu-satunya outlet politik di Iran adalah Majlis, yang selalu didominasi oleh dua pihak mossadeg dan pahlevi. (Etheredge, 2011)
Akhirnya dengan kondisi demikian, pada tahun 1970- an, kalangan konservatif dan oposisi yang menentang pemerintahan shah bergabung di bawah pimpinan Ayatollah Ruhullah Khomenei mendorong terbentuknya suatu gerakan social yang besar-besaran. Pada saat itu demonstrasi massal terjadi dimana-mana, dengan semangat perlawanan yang senada yakni menuntut rezim shah agar segera berakhir.
Pada tahun 1944 muncul buku Khumayni yang berjudul "Kasyf al-As- ror" dan menyatakan bahwa pemerintahan kerajaan Iran harus dibatasi oleh ketentuanketentuan syari'at sebagaimana yang ditafsirkan oleh para mujtahid, juga mengisyaratakan bahwa pemerintahan oleh para mujtahid adalah lebih baik. Buku ini ditulis sebagai jawaban terhadap tulisan-tulisan Ahmad Kasrawi dan para pengikutnya, yang mengutuk oposisi terhadap Reza Shah sebagai campuran reaksioner dari fanatisme, tahayyul, dan kerusakan (corruption)
Tahun 1963, Khoemeni tiga kali ditahan oleh pemerintah, yaitu pada tanggal 25 Januari, 5 Juni dan 5 November. Bulan November 1964, dia ditahan lagi dan diasingkan di Bursa Turki, kemudian pindah ke Najaf (Iraq) pada Oktober 1965. Alasan-alsan pengasingannya antara lain adalah karena dia menentang kebiajakan revolusi Turki yang dijalankan oleh Shah dan menentang Undang-undang yang mengatur kekebalan hukum bagi personil militer di Iran. Ketika dia diasingkan di Iraq ini ia menerbitkan majalah Waliyati Faqieh dengan sub judul "pemerintahan Islam". Walaupun tidak secara transparan mengemukakan, Khomenei sendiri diharapkan menjadi faqih atau ahli hukum. Dalam teks ini dinyatakan klaimnya bahwa mujtahid merupakan tingkatan yang paling tinggi dalam hukum Islam, serta harus dipatuhi, dan bahwa kerajaan harus dihapus-kan.
Tahun 1971, Shah mengadakan upacara peringatan "2.500 tahun monarkhi Iran" di Persepolis. Upacara ini mendapat kecaman keras dari Khomenei, yang memperingatkan bahwa siapapun yang mengelola atau ikut serta dalam festival-festival tersebut adalah pengkhianat Islam dan bangsa Iran. Shah menaggapi kecaman ini dengan mengintensifkan tekanannya terhadap para ulama. Tahun 1973, dia mengasingkan 40 ulama simpatisan Khomenei ke tempat-tempat terpencil di Iran. Kegiatankegiatan ulama juga dilarang.
Tahun 1976, memperingati ulang tahun setengah abad dinasti Pahlevi, pemerintah memperkenalkan kalender kerajaan yang mengambil titik tolak dari lahirnya dinasti Acemenia pra-Islam. Karena kalender ini memisahkan diri dari warisan Islam, ia ditentang keras oleh para ulama, khususnya hujjatul Islam Abu al-Hasan Shamsabadi dari Isfahan, yang kemudian dibunuh (Ni'am, 2013)
Tahun 1976, presiden AS., Jimmy Carter yang bersemangat menyerukan hak-hak asasi manusia, menyebut Iran sebagai salah satu negara di mana Amerika harus berbuat lebih banyak untuk melindungi kebebasan sipil dan kemanusiaan. Pernyataan Carter ini membuka pintu bagi keberanian para oposan Shah untuk melancarkan kritik-kritik mereka. Pemerintah pun lalu melakukan kebijakan liberalisasi. Bulan Februari 1977, 357 orang tahanan politik dibebaskan. Namun, pembebasan ini kemudian mengundang tuntutan lebih lanjut dari pihak oposisi yang terdiri dari kalangan kelas menengah, baik yang modern maupun yang tradisional, termasuk para pengarang, akademisi, politikus, pengacara, dan bahkan hakim-hakim. Di lain pihak, kaum pedangang Bazaar dan siswa-siswa madrasah mengambil metode militan dengan melakukan arak-arakan dan demonstrasi, yang bentrok dengan polisi.
Tanggal 22 Juli 1978, puluhan ribu kaum buruh menyertai iring-iringan pemakaman seorang ulama Masyhad yang terbunuh karena kecelakaan mobil. Iringiringan ini, yang mungkin sekali juga bersifat demonstrasi, ditembaki oleh polisi, yang mengakibatkan sedikitnya 40 orang mati. Sejak itu, demonstrasi-demonstrasi anti Shah terus mengalir, sementara rekaman-rekam- an pidato Khomaeni mulai beredar. Tanggal 7 September 1978, setengah juta orang berbaris di Gedung Majlis di Teheran dengan meneriakkan "matilah Shah!, Khuomeni pemimpin kami, kami ingin pemerintahan Islam".