Sejarah berdirinya Dinasti Pahlevi di Iran
Wilayah Timur Tengah menurut pandangan Peretz, meliputi Turki, Iran, Libanon, Irak, Yordania, Syria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di Kawasan Teluk Persia. Namun karena Turki dan Iran memiliki ciri-ciri khas kebudayaan sendiri, yakni berbudaya Persia. Maka kedua negara tersebut tidak dimasukkan ke Kawasan berkebudayaan Arab. (Saleh Al Hadab, 2022)
Berbicara mengenai negara Iran, sebuah negara yang kini dikenal di dunia internasional dengan sebutan negara Islam Iran. Memantik ingatan tentang sejarah panjang perkembangan dan silih bergantinya kekuasaan, sejak masa klasik saat wilayah Persia (baca: sebelum Iran modern) masih berada di bawah kekuasaan dinasti sasania, lalu memasuki masa dimana Persia menjadi satu imperium besar yang kedudukannya sejajar dengan imperium romawi (abad ke 6), lalu memasuki masa dimana menyebarnya pengaruh islam pada abad ke 7, hingga masa bergesernya sistem politik kekuasaan Persia (shah) menjadi negara iran modern saat ini dengan corak republik (Sumarno, 2020). Satu masa yang cukup penting dalam transisi kekuasaan Iran ini salah satunya ialah pada masa dimana Dinasti Pahlevi berkuasa.
Dinasti pahlevi menjadi penguasa Iran pada rentang masa antara peristiwa runtuhnya kekuasaan dinasti Qajar dan terjadinya revolusi 1979 oleh Ayatollah Khomenei. Artinya, dinasti pahlevi berkuasa sejak 1925 -- 1979. Sekalipun sebetulnya Dinasti Pahlevi sudah ada pada 1921 ketika seorang perwira Persia Cossack bernama Reza Khan menggulingkan dinasti Qajar dengan kudeta. Reza Khan ini kemudian menyebut dirinya "Reza Shah Pahlevi".
Era modern persia (dari monarki absolut menuju monarki konstitusional) ditandai dengan lahirnya kekuasaan rezim Qazar yang didirikan oleh Agha Muhammad Qazar (1779-1925). Yakni setelah terjadinya beberapa pergolakan politik dan pergolakan sosial kesukuan untuk saling berebut kekuasaan persia. Disaat yang sama, Iran tengah memasuki era modernisasi yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh dan campur tangan imperialis Eropa yang sudah masuk dan mempengaruhi keberlangsungan aktifitas pemerintahan Qazar. Corak politik Dinasti Qajar, diantaranya ialah penguasanya lemah, kinerja ekonomi buruk, akibat problem sentralisasi-desentralisasi yang serius dan dominasi pihak asing (Saleh Al Hadab, 2022). Pemerintahan dinasti atau corak pemerintahan monarki di iran sudah berlangsung selama 25 abad lamanya. Dan mengalami pergantian 9 dinasti berturut-turut, termasuk yang kemudian akan dibahas adalah dinasti Pahlevi. (Qadir, 2015)
Kekuasaan dinasti Qajar runtuh pada tahun 1925, lalu kekuasaan Iran berlaih ke tangan dinasti Pahlevi. Keruntuhan dinasti Qajar bermula pada saat perang dunia I masih berlangsung dan hampir berakhir. Pada saat itu, Sayyid Ziya al-Din Tabataba'I, seorang negarawan Iran memimpin kudeta tahun 1921, diangkat menjadi perdana menteri. Dia memiliki citra social yang cukup menonjol selama Perang Dunia I, dan beberapa waktu kemudian, ia mendalangi kudeta 21/22 Februari 1921, yang mengangkatnya menjadi perdana menteri Iran.
Segera setelah diangkat menjadi perdana Menteri iran dan mengambil alih kantor pemerintahan, ia bertengkar dengan pemimpin militer kudeta, yakni Kolonel Reza Khan (yang pada tahun 1925 menjadi shah Iran), dan pada bulan Mei dipaksa ke pengasingan Tabataba'i menghabiskan 20 tahun berikutnya di Palestina; lalu setelah pengunduran diri Reza Shah pada September 1941, barulah ia kembali ke Iran. (Etheredge, 2011)
Periode 1921 hingga 1925 merupakan periode perebutan kedaulatan dan kekuasaan ganda antara tiga arus politik utama di negara Iran: (1) kekuatan kekacauan; (2) kediktatoran, pemerintahan yang sewenang-wenang; dan (3) kaum konstitusionalis, baik konservatif maupun demokratis, yang arogan dan ingin teratur tetapi justru hanya saling melahirkan pertengkaran diantara mereka.(Cronin, 2003)
Kekuasaan dinasti Pahlevi mulai menemukan benih-benih pertumbuhannya ketika perang dunia I berakhir, ketika kondisi negara Iran berada di situasi sangat tidak kondusif dan tidak terkendali. (Ni'am, 2013). Saat itulah nama Reza Khan mulai mencuat ke permukaan politik iran. Hingga dengan penguasaannya terhadap kekuatan militer dan pemerintahan, menghantarkannya ke tampuk kekuasaan, sebagai seorang shah. Ketika Reza Shah Pahlavi berhasil naik tahta, kondisi negara iran sedang berada di titik stagnan dan titik nadir stabilitas sebuah negara. Hal ini disebabkan karena negara iran hancur akibat perang. Terjadi fluktuasi ekonomi yang cukup signifikan yang merambat pada kondisi instabilitas situasi social politik negrara. Maka pemerintahannya melancarkan praktik pembaharuan secara massif dalam berbagai bidang kebebasan pers, kegiatan ekonomi dan politik keterukaan (Etheredge, 2011)
Sejak awal Reza Khan ingin mendeklarasikan diri sebagai presiden dengan gaya presiden nasionalis sekuler Turki, Mustafa Kemal Attaturk namun langkah ini ditentang keras oleh kalangan ulama syiah, tetapi dalam prosesnya itu ia berhasil menggulingkan kepemimpinan Ahmad Shah yang sudah sangat lemah itu pada tahun 1925 (Etheredge, 2011)