Gerakan serta sindiran Ki Hajar Dewantara di tulisannya dan di beberapa tulisan lainnya pada akhirnya menyulut kemarahan dari Belanda. Hingga pada akhirnya Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan pengasingan Ki Hajar Dewantara di Pulau Bangka. Namun, atas permintaan kedua temannya yang juga di hukum dan diasingkan, yaitu dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoen koesoemo, pengasingan mereka pun sudah dipindahkan ke Belanda. Pengasingan tersebut tidak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantara. Di Belanda, Dia mendalami bidang pendidikan dan pengajaran, hingga pada akhirnya mendapatkan sertifikat Europeesche Akte. Setelah melewati masa pengasingan pada tahun 1918, Soewardi pun mulai mencurahkan perhatiannya yang tinggi dalam bidang pendidikan, dengan tujuan untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia.
6. Mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa
Pada tanggal 3 Juli 1922, ia bersama teman-temannya mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Perguruan Nasional Taman Siswa. Taman Siswa yaitu merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional dengan menekankan rasa kebangsaan dan cinta terhadap tanah air, serta semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak hanya melalui pendirian Taman Siswa, perjuangan Ki Hajar Dewantara juga sedang melanjutkan menulis di berbagai majalah. Bedanya, tulisannya saat ini tidak lagi bernuansa politik, melainkan lebih dalam bidang pendidikan serta kebudayaan. Tulisan-tulisannya tersebut sudah berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang luas dan sangat berwawasan kebangsaan. Melalui konsep-konsep itulah ia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
7. Semboyan Ki Hajar Dewantara
Dalam perjuangannya tersebut, ia memiliki beberapa semboyan yang terkenal, yaitu:
* Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan motivasi dorongan dan arahan).
* Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus dapat menciptakan prakarsa dan ide).
* Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus bisa memberi teladan atau contoh tindakan baik).
Semboyan-semboyan tersebut masih ingin digunakan dalam dunia pendidikan kita, hingga saat ini, utamanya di sekolah Taman Siswa.
8. Melepas Gelar Bangsawan dan Mengganti Nama
Menginjak usia yang ke 40 tahun, Ki Hajar Dewantara pun sudah melepas gelar kebangsawanannya, dan mengganti nama aslinya dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, menjadi Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut bertujuan agar ia dapat dengan bebas lebih dekat, baik secara fisik maupun hati dengan rakyat Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, dia diangkat sebagai salah satu pimpinan pada organisasi Putera, bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Berkat perjuangannya tersebut, tak heran jika beliau dijadikan pahlawan nasional untuk pendidikan di Indonesia, serta hari lahirnya, yaitu pada tanggal 2 Mei yang dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hal tersebut tentunya untuk menghargai serta menghormati segala pemikiran-pemikiran dan tindakannya yang membawa Indonesia di dalam kemerdekaan.