Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tjiptadinata Effendi Nyala Inspirasi yang Tak Pernah Padam

21 Mei 2016   11:50 Diperbarui: 21 Mei 2016   14:32 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- [caption caption="Pak Tjip the old man and the light :) (Dok nyunyu.com)"][/caption]

Pak Tjip, Opa Tjip, Om Tjip. Begitulah sosok pria 73 tahun ini biasa disapa oleh teman-teman di Kompasiana. Memulai kiprah menulis di blog keroyokan ini sejak 15 Oktober 2012, suami dari Helena Roselina ini telah menghasilkan 19.51 artikel dengan tingkat keterbacaan lebih dari 2 juta pembaca yang bahkan mengalahkan tingkat keterbacaan dari akun official Kompasiana yang jumlah pembaca totalnya 1.8 juta lebih per Mei 2016

Tulisan-tulisan opa Tjip dikemas ringan namun mendalam seringkali berasal dari kejadian sehari-hari yang dialami banyak orang, tapi mampu dikupas dengan satu gaya yang khas: penuh syukur.

Nuansa Syukur dan optimisme begitu terasa ketika pembaca membaca setiap kata yang dituliskan pria kelahiran Padang ini, lewat artikel-artikelnya kita diajak memaknai syukur, hidup, semangat dan cinta dalam satu bingkai: Kesederhanaan. Bagi Tjipta, hidup itu Sederhana: hanya perlu dijalani dan dinikmati sebaik-baiknya. Sebuah pesan yang tersirat pada setiap kalimat lelaki tua nan berjiwa muda ini.

Produktif Menulis di Usia Senja

"Kenapa Opa menulis di Kompasiana?"

Tanya saya dalam sebuah kesempatan wawancara dengan mantan penjual kelapa yang sekarang menjadi pengusaha dan penulis ini.

"Kenapa Tidak?" Opa Tjip membalikan pertanyaan yang membuat saya tersenyum, seraya menyambung jawabannya menulis supaya jauh dari pikun dan ingin berbagi, dan Kompasiana itu wadah yang baik. Papar Opa Tjip.

Tjiptadinata Effendi atau yang biasa disapa opa Tjip oleh penulis-penulis muda dikenal dengan semangat menulisnya yang produktif, tulisan-tulisannya yang berangkat dari pengalaman, kejadian sehari-hari kaya akan nasehat yang disisipkan dengan gaya ringan. Banyak postingan dari pria yang menjalani biduk cinta selama 51 tahun ini yang terasa seperti air mengalir: tenang dan menyejukkan, namun tak jarang juga di sisi lain "menampar" dengan halus sisi ketidakpekaan pembaca.

Konsistensinya akan selogan one day one posting yang sampai saat ini masih tekun dijalaninya membuat banyak penulis muda kagum akan disiplin menulisnya, berbagi kiat disiplin menulis one day one article menurut Tjipta kuncinya sederhana salah satunya pengamatan. "Amati apa saja kemacetan jalan, keramaian pasar atau apa saja, nanti akan timbul ide menulis". Papar ayahanda dari Irmansyah ini.

Diaspora Yang Cinta Indonesia
"70 tahun saya berusaha menjadi Orang Indonesia" Papar Tjipta dalam sebuah artikel.

Pria yang kini bermukim di Wollongong Australia bersama keluarga tercinta ini mengaku tetap mencintai tanah air. "Sebagai WNI paspor saya masih hijau" candanya dalam sebuah diskusi sore di Jakarta Agustus 2015 silam.

Merawat Biduk Cinta Setengah Abad (+1)

Dibalik lelaki sukses pasti ada wanita hebat pepatah ini sangat pas ditujukan pada pasangan Tjiptadinata-Roselina melabuhkan hati sebagai sepasang suami-istri pada 2 Januari 1965, hingga kini orangtua dari 2 putra dan satu putri ini saling mengisi menjalani hari-hari dalam Syukur.

Dalam tulisan-tulisannya Tjipta kerap menggambarkan Lina sebagai Cinta terakhirnya sementara dalam sebuah buku, Lina menyebut dirinya sebagai "Wanita yang diberi payung cinta" oleh sang suami. Keromantisan pasangan emas ini bukan hanya sekedar kata. Dalam sejumlah kesempatan jumpa nyata pun, Opa Tjip dan Oma Lina kerap hadir berdua, sepasang. saling menemani.

Membaca tulisan-tulisan opa Tjip yang beberapa tentang istri yang sangat dicintainya tersebut memperlihatkan pada saya dan kita sebagai pembaca, bagaimana cinta itu menenani tidak hanya dalam senang tapi juga dalam masa-masa sulit. For better or worse. Karena tak ada seorang pun yang harus menanggung masa-masa sulit sendirian. Maka Tjipta dan Lina adalah sepasang manusia yang mencoba bertarung untuk menang atas kesulitan dan merengkuh tawa dari setiap yang sulit.

Belajar Memaafkan

Dalam beberapa tulisannya Sosok Tjiptadinata Effendi mengingatkan kita untuk berdamai dengan diri sendiri dengan memaafkan sebagai langkah awalnya. Memaafkan Pembunuh, Memaafkan Penipu merupakan pengalaman yang pernah dilewati pria purnakarya ini dengan tidak menyimpan dendam setelahnya. Suesuatu yang luar biasa yang belum tentu bisa dilakukan orang-orang kebanyakan.

Tjiptadinata Effendi di usianya yang menapak tahun ke 73 tak henti menebarkan inspirasi. Kehadirannya di Kompasiana bak buku harian terbuka yang menyajikan pelajaran dan pengalaman yang sarat makna.

Akhir Kata selamat memperbaharui Usia opa Tjipta, tetaplah sederhana dan setenang air.
Tetaplah menjadi nyala yang tak pernah padam..[caption caption="Tjiptadinata Effendi Produktif menulis (Dok kompasiana. Tjiptadinata)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun