Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tjiptadinata Effendi Nyala Inspirasi yang Tak Pernah Padam

21 Mei 2016   11:50 Diperbarui: 21 Mei 2016   14:32 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria yang kini bermukim di Wollongong Australia bersama keluarga tercinta ini mengaku tetap mencintai tanah air. "Sebagai WNI paspor saya masih hijau" candanya dalam sebuah diskusi sore di Jakarta Agustus 2015 silam.

Merawat Biduk Cinta Setengah Abad (+1)

Dibalik lelaki sukses pasti ada wanita hebat pepatah ini sangat pas ditujukan pada pasangan Tjiptadinata-Roselina melabuhkan hati sebagai sepasang suami-istri pada 2 Januari 1965, hingga kini orangtua dari 2 putra dan satu putri ini saling mengisi menjalani hari-hari dalam Syukur.

Dalam tulisan-tulisannya Tjipta kerap menggambarkan Lina sebagai Cinta terakhirnya sementara dalam sebuah buku, Lina menyebut dirinya sebagai "Wanita yang diberi payung cinta" oleh sang suami. Keromantisan pasangan emas ini bukan hanya sekedar kata. Dalam sejumlah kesempatan jumpa nyata pun, Opa Tjip dan Oma Lina kerap hadir berdua, sepasang. saling menemani.

Membaca tulisan-tulisan opa Tjip yang beberapa tentang istri yang sangat dicintainya tersebut memperlihatkan pada saya dan kita sebagai pembaca, bagaimana cinta itu menenani tidak hanya dalam senang tapi juga dalam masa-masa sulit. For better or worse. Karena tak ada seorang pun yang harus menanggung masa-masa sulit sendirian. Maka Tjipta dan Lina adalah sepasang manusia yang mencoba bertarung untuk menang atas kesulitan dan merengkuh tawa dari setiap yang sulit.

Belajar Memaafkan

Dalam beberapa tulisannya Sosok Tjiptadinata Effendi mengingatkan kita untuk berdamai dengan diri sendiri dengan memaafkan sebagai langkah awalnya. Memaafkan Pembunuh, Memaafkan Penipu merupakan pengalaman yang pernah dilewati pria purnakarya ini dengan tidak menyimpan dendam setelahnya. Suesuatu yang luar biasa yang belum tentu bisa dilakukan orang-orang kebanyakan.

Tjiptadinata Effendi di usianya yang menapak tahun ke 73 tak henti menebarkan inspirasi. Kehadirannya di Kompasiana bak buku harian terbuka yang menyajikan pelajaran dan pengalaman yang sarat makna.

Akhir Kata selamat memperbaharui Usia opa Tjipta, tetaplah sederhana dan setenang air.
Tetaplah menjadi nyala yang tak pernah padam..[caption caption="Tjiptadinata Effendi Produktif menulis (Dok kompasiana. Tjiptadinata)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun