"Waduh Syifa, kayaknya salah kamu kesini sekarang, Pak Jokowinya pergi nengok pintu air Manggarai. Ujar Icha Rastika salah satu wartawan Kompas.com saat itu. Kalau Ahok, Mungkin kamu bisa kejar ke Balai kota DKI besok, Dia ada di Balkot, datang pagi, nanti mungkin aku bisa bantu kamu untuk izin wawancara. Kata mbak Icha sambil memberikan nomer kontaknya.
"Iya mbak", saya menurut tapi masih tidak mau pulang juga, bersama para wartawan, saya memilih menunggu di rumah dinas Jokowi, siapa tahu bisa ketemu Jokowi dan wawancara.
Tunggu punya tunggu, sampai sore Jokowi tak muncul juga, akhirnya selepas maghrib saya memilih pulang, sementara mbak Icha dan wartawan lainnya masih tetap disana.
"Maaf nih mbak, gak bisa nemenin sampai malam, soalnya rumah kos saya dikunci pagarnya kalau lewat jam 11 malam. Besok kita ketemu di Balai kota ya." Pamit saya kepada mereka.
"Iya gakpapa, kamu bisa pulang sendiri kan, hati-hati ya? pesan mbak Icha.
"Iya mbak", Kata saya.
Hari itu berakhir dengan saya belum mendapat wawancara dari siapa-siapa, tapi saya senang bertemu dan berkenalan dengan banyak wartawan, sesuatu yang dikemudian hari mengantarkan saya menjadi wartawan freelance di salah satu media online untuk rublik lifestyle. :)
Keesokan harinya, saya datang pagi ke Balai Kota sesuai arahan mbak Icha, tapi mbak Icha-nya sudah mau pergi meliput Jokowi di daerah Tanah Tinggi.
"Wah mau liputan Jokowi, Ikut dong mbak", Pinta saya.
"Gak bisa Fa, Agenda kita hari ini padat banget takutnya Tanah tinggi ricuh ada relokasi", kata mbak Icha, kamu stay aja disini, tunggu Ahok, kata mbak Icha, seraya memberi kode kepada rekan-rekan wartawannya menitipkan saya.