"Ya sudah asal kalian bisa ketemu narasumbernya, tapi kalau gak bisa kalian bisa wawancara saja ke pengamat tata kota. Dosen saya memberi saran.
"Kami akan coba dulu narasumber utama", kata saya.
Saya pribadi yang memang menyukai matakuliah tersebut tertantang untuk mewawancarai Jokowi atau Ahok, atau keduanya.
Saya dan rekan rekan satu tim pun berbagi tugas ada yang mengumpulkan buku dan koran untuk bahan wawancara, ada yang bertugas menonton rekaman-rekaman wawancara Jokowi- Ahok di youtube, dll. Saya bertugas melobi orang, juga sebagai pewawancaranya - Bodoh dan nekatnya saya saat itu, saya meluputkan satu elemen penting dalam wawancara resmi yaitu surat permintaan izin wawancara dari kampus! Saya yang saat itu mahasiswa semester awal belum paham cara mengurusnya ke bagian kemahasiswaan. kampus. Nekatnya saya, surat itu saya buat sendiri atas nama saya pribadi menggunakan ketikan komputer dan logo kampus dan dengan PD nya saya minta dosen saya untuk menandatangani surat tersebut.
Dosen saya saat itu hanya tersenyum melihat surat itu seraya berkata,
"Ini bikin sendiri ya suratnya?"
"Iya pak, memangnya kenapa?" Tanya saya- Bodohnya saya saat itu belum paham kalau harus ngurus surat izinnya di bagian akademik.
"Gakpapa."
Dosen saya memberikan tandatangannya pada surat itu dan tersenyum - Senyum yang kemudian saya tahu, senyum itu akibat kenekatan mahasiswinya bernama Syifa ini.
Bermodal surat izin yang ditandatangani dosen dan daftar pertanyaan yang sudah saya susun bersama teman sekelompok, keesokan harinya pergilah saya ke rumah dinas Jokowi saat itu di Jl Taman Suropati Nomer 7 Menteng Jakarta Pusat.
Sesampainya disana, Saya bertemu dan bergabung dengan wartawan dari berbagai media yang sedang meliput suasana sekitar rumah dinas Jokowi, Permisi mbak, Saya kenalkan diri saya apa adanya sebagai mahasiswa yang ingin wawancara Jokowi Ahok untuk tugas kuliahnya.