Poin menarik dari ayat ini adalah penggunaan kata "mawaddah" yang bermakna cinta yang diekspresikan. Mungkin hikmah shalawat kepada Nabi saw yang dikeraskan/dinyatakan adalah untuk menunjukkan kecintaan ini, tak perlu malu dan ragu.
Penisbahan Nasab Kepada Ibu
Sejarah mencatat bahwa bangsa Arab Jahiliyah tidak menghargai wanita dan nasab mereka hanya dikenal dan diakui melalui jalur ayah-ayah (kaum Adam) dan kakek-kakek mereka dan mereka membanggakan hal ini, bahkan tidak jarang mereka siap mati dan perang untuk menjaga nasab. Pemikiran Jahiliyyah ini berakhir dengan diutusnya Nabi saw dan kelahiran Siti Fatimah az-Zahra, anak semata wayang beliau yang bertahan hidup. Turunnya surat al-Kautsar menegaskan bahwa musuh-musuh Rasulullah saw abtar (tidak berketurunan), sebab mereka meyakini bahwa keturunan beliau akan berakhir dengan kelahiran Fatimah karena anak-anak laki beliau meninggal semua saat masih kecil, seperti Ibrahim dan Qasim. Tetapi mukjizat surat al-Kautsar menjungkirbalikkan prediksi musyrikin tersebut dan terbukti bahwa meskipun Bani Umayyah dan Bani Abbas melakukan tekanan dan pembantaian terhadap dzurriyyah (keturunan Nabi saw) namun generasi pelanjut dakwah beliau tetap ada dan tersebar di pelbagai penjuru dunia dan berada di front terdepan dalam pembelaan terhadap syariat datuknya serta menjadi pilar tauhid yang kokoh.
Penghormatan Habib dan Perbudakan Spiritual   Â
Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37).
Surat Ibrahim tersebut menegaskan bahwa kecintaan kepada keturunan yang baik dan saleh dari kalangan habaib adalah bukti terkabulnya doa Nabi Ibrahim yang memang meminta kepada Allah supaya anak keturunannya dicintai oleh banyak orang dan Baginda Nabi Muhammad garis keturunannya bersambung kepada Nabi Ibrahim. Â Dan Nabi Ibrahim dikenal sebagai bapak tauhid dan kisah heroiknya yang mengalungkan alat penghancur berhala diabadikan dalam Al-Qur'an sehingga siapapun yang mencintai keturunan beliau yang saleh maka kecintaannya bernafas tauhid, bukan syirik apalagi dianggap sebagai perbudakan spiritual.
Meskipun di ayat yang lain diberitakan bahwa nikmat mahabbah (dicintai banyak orang ini) juga mengundang hasud dan iri mereka yang meminjam istilah Al-Qur'an---fi qulubihim maradh (di hati mereka mengendap penyakit) sebagaimana ayat berikut ini:
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar. (QS. An-Nisa': 54).
Dalam surat al-Kahfi ditegaskan bahwa Allah menurunkan inayah rabbaniyyah (perhatian khusus)-Nya terhadap dua anak yatim semata karena kesalahen ayah keduanya. Coba perhatikan ayat di bawah ini: Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya" (QS. Al-Kahfi: 82)
Ya, anak yatim tersebut dimuliakan dan dihormati serta "didewakan" dan dijaga hartanya dan jiwanya karena semata keimanan dan kesalahen ayahnya.
Fenomena Habib Tholeh