Apakah busana kita mencerminkan nilai yang kita anut? Atau apakah kita hanya berusaha tampil menarik di hadapan orang lain? Kita perlu kembali ke inti dan menilai diri kita berdasarkan nilai-nilai, bukan sekadar penampilan.
Kesadaran adalah langkah pertama menuju kebangkitan. Namun, banyak dari kita lebih memilih untuk tetap terjebak dalam tidur panjang, enggan menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Tidakkah kita merasa lelah dengan ilusi yang kita ciptakan sendiri?
Saat tahun baru tiba, kita dihadapkan pada dua pilihan: merayakan atau meratapi apa yang telah hilang. Namun, keduanya seharusnya tidak saling meniadakan. Kita bisa merayakan perubahan yang positif sambil merasakan kesedihan atas kehilangan yang menyakitkan.
Pada akhirnya, tahun baru seharusnya menjadi waktu untuk refleksi. Bukankah lebih baik jika kita menyambut tahun baru dengan niat untuk menjadi lebih baik, bukan hanya dengan busana baru? Mari kita isi tahun baru dengan makna, bukan sekadar perayaan yang hampa.
Paji Hajju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H