Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Manis dan Romantisnya Kenube Gala Adonara

23 Oktober 2024   17:06 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dengan Adonara

Tanah mahar gading tapi tak pernah melahirkan gajah 

Tanah manusia pembunuh yang sejak dahulu kala tersingsing nama besarnya Timur ke barat pun tau siapa Adonara.

Bersenjata kenube gala dan berselimut nowi kewatek 

Namanya harum dari selatan dan utara pulau berdarah ini 

Koda kaka ama gena "kaka dike arin sare" Kaka susah arin bantu, arin susah kaka bantu.

Lewo kaka ari llepati Bugalima berdarah hari ini 

Kaka ari menggores luka pada tubuh sendiri Tubuh yang dibangun bernazar pada damai dan saling bantu 

Ini pun seketika memecahkan suara tangis dan gelak panik diantara penghuninya.

Eee lewotana Adonara

Luka nenek moyang kembali terkoyak 

Darah segar dan cuatan daging jelas memapar kembali kisah kelam Adonara

Kewatek dan nowimu tersayat

Genderang perang berbunyi nyaring lantas membidikan panah kematian.

Nostalgia tanah pembunuh pun kembali bercerita tentang jati diri Adonara.

Kaka ari

Kemarin sudah cukup lelah inak amak mencari nafkah untuk menghidupi keluarga

Sudah saatnya dia kembali ke istana bambu penuh tawa itu untuk beristirahat

Alas jerami dan balutan kumpulan benang sakral itu sudah cukup membawa dia menghilangkan penat

Namun di azan subuh saat fajar hendak tiba

Istana bambunya dilahap api

Bagaimana nasib ina ama yang sedang dibuai mimpi

Berharap kembali pulih dari letih kemarin untuk memulai roda hari yang tak berhenti ini.

Ingatkah kita, kepada tabuhan gong gendang pemersatu,

Penangkal segala penyakit nuu maya apu angi

Bukan tentang tabuhan gendang perpecahan dan permusuhan antara saudara kaka ari.

Bukan pula tentang kenube gala yang saling menyakiti

Ataupun beradu diatas tulang berbalut daging 

Tapi ini tentang parang dan tombak yang saling melindungi,, tentang mesranya adat istiadat Adonara 

Yang tak satupun dunia punya, hanya milik Adonara 

Semua pun tau kita pulau romantis, kita sungguh romantis.

Cerita kita tak jauh dari ina yang gigih menyulam petak cinta diatas benang 

Untuk ama yang bersenjata kenube gala agar keberanian dan gagahnya Adonara tetap menjadi mahkota dalam balutan nowi

Cukup lengkap berlingkar potongan senae Menggambarkan jati diri Adonara yang tak hilang ditelan masa.

Adat istiadat yang dijunjung tinggi dalam perbedaan sudah menjadi santapan manis kita

Budaya unik dan eksotis menjadi sampul sangarnya Adonara

Dunia mengenal kita berwajah kejam namun berhati malaikat

Hanya suara kasar,, tapi etika dan kesantunan menjadi ciri khas mesranya orang Adonara

Hanya Kita Kan.

Saudara Ku,, jangan tinggalkan ingatan kita tentang kisah kasih ini

Sungguh kami berkecil hati, bagai dibentak niat hati 

Ingin menangis melihat saudara kita harus kehilangan tempat tinggal, keluarga, dan kenyamanannya ditanah kelahirannya sendiri

Entah malam tiba ataupun pagi menyingsing Pasti bimbang hati saudaraku tak akan reda seturut tragedi ini.

Kita saudara, sudah sepantasnya pendam hati kita bicarakan dalam rangkulan hangat

Tak setuju pun kita selesaikan dalam damai.

Mari tinggalkan pacutan perang kita ganti dengan gandengan tangan

Jangan biarkan parang berbicara ataupun tombak berteriak

Sudah cukup kaka ari saling mendengarkan juga menguatkan.

Jangan biarkan anak istri kita menangis ataupun saudara kita kehilangan harapan hidup

Duduklah bicarakan ini dari hati ke hati InsyaAllah Tuhan lewotana merestui keputusan juga itikat baik untuk perdamaian ini.

"Redamkan api amarah, suguhkan hati dingin ingin berbicara, damaikan Adonara pulau berdarah, hangatkan tanah perang dengan canda tawa."

Lekas membaik Adonaraku

Kami merindukan romantisnya kita

Sudah cukup kelam masa lalu membiru

Kini sudah saatnya kita bangun asa baru.

Oleh: SusantyLemane

Waiwerang, 21 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun