Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Nona dari Watohari

5 September 2024   01:14 Diperbarui: 5 September 2024   01:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di akhir pembicaraan, dia berkata tenang, "Semoga kamu selalu sehat, dan kita bisa bertemu lagi untuk mengatasi rasa rindu yang telah lama terpendam." Tawanya lembut di tengah keheningan.

Aku terdiam sejenak, lalu menjawab, "Kamu juga, semoga tetap sehat, ceria, cantik, dan semoga apa yang kita rencanakan segera terwujud."

Bitu menatapku dengan tatapan menenangkan. "Tapi kita harus tetap berkomunikasi, kan? Aku merindukan cerita-cerita kita, Paji."

"Setuju!" Paji tersenyum. "Bagaimana kalau kita saling mengabari saat ada waktu luang?"

"Sepakat!" Bitu tertawa manja, menandakan debar semangat. "Aku akan menunggu kabar darimu."

Sebelum pergi, aku memberanikan diri berbisik, "Rindu tidak bisa diatur, ia berjalan seiring waktu. Yang bisa kulakukan hanyalah mendoakan mu."

Akhirnya, kami pulang ke rumah masing-masing, membawa keraguan tentang cerita-cerita hangat dan rasa kagum yang terus menghantui.

Kami melanjutkan obrolan, berbagi mimpi dan harapan di tengah kesibukan masing-masing. Dalam keheningan, tatapan kami seolah menyampaikan lebih dari sekadar kata-kata.

Setelah pertemuan hangat itu, aku berusaha memahami setiap tatapanmu. Hampir tidak ada kebohongan dalam perjalanan waktu. Rindu mendalam tercipta melalui telepon dan pesan, bercakap mesra dan berbagi perasaan akrab. Merindukanmu, aku terbenam dalam lamunan. Kita seperti sepasang sandal jepit yang tak boleh terpisah hingga mencapai impian bersama. Duduk dan menerima apa yang ditentukan Tuhan.

Entah mengapa, senyummu, lesung pipimu, kilauan matamu, wangi rambut dan tubuhmu selalu aku rindukan. Ini terlihat sederhana, tetapi sangat berarti bagiku. Pesonamu menyentuh hatiku, membangkitkan rasa ingin selalu berada di sampingmu. Hai Nona dari Watohari, kehadiranmu sangat berharga. Semoga kehadiranmu takkan pernah memudar dan meninggalkan kesedihan.

Dalam bayanganku, saat hujan turun, kau tampil jelita mengenakan daster hitam favoritmu. Sementara aku, santai dengan sarung bermotif Lilin. Dari teras rumah yang penuh kehangatan, aku memintamu membuatkan segelas kopi pahit dengan senyumanmu. Asap rokok mengepul di udara saat aku membaca artikel tentang korupsi di perguruan tinggi. Kita berbincang, saling lempar kecupan di bawah rintik hujan. Aku menikmati kopi dan rokokku, sedangkan kau menghirup udara segar, merasakan aroma tanah basah setelah hujan pertama di Lamaholot, Solor Watohari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun