Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membangun Indonesia Emas, Fokus pada Aksi Bukan Janji

30 Agustus 2024   15:15 Diperbarui: 30 Agustus 2024   15:48 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemauan dan keinginan Rakyat itu sama dengan kemauan Tuhan.

- Datuk Tan Malaka

Malam yang kelam dihiasi oleh bayangan gelap, di mana kelelahan dan rasa letih bertukar cerita di tengah hujan yang dingin. Dalam kesunyian, aku menyimpan kerinduan mendalam, mengenang mimpi yang menyesakkan. Tiap pagi, aku berdoa, berharap dan bertahan demi cinta yang belum tuntas. Gerimis malam ini menyatu dengan kesunyian. Hati ini terasa sepi, menunggu cinta yang tak kunjung datang. Kekasih, hilangkan keraguanmu dan percayalah padaku selamanya.

Keresahan mengisi setiap pertanyaanku, sementara luka tergambar dalam setiap harapan. Kini, segalanya terasa semakin jauh karena jarak yang memisahkan kita. Di tengah kenyamanan yang mulai terjalin, kita berbagi doa setiap malam dan waktu yang kita curi. Meskipun kita tidak utuh, semuanya mulai runtuh, hanya menyisakan kecemasan yang dipeluk oleh jarak.

Suatu sore yang melankolis, Bitu bertanya, "Paji, bagaimana kabarmu? Apakah kau menyesal mengenalku? Semuanya baik-baik saja, kan?"

"Aku baik-baik saja, Bitu. Tak ada penyesalan. Justru aku yang takut jika kau menyesali pilihanmu nanti. Semoga semuanya baik-baik saya ya," jawabku saat senja mulai datang bertandang.

"Paji, apakah kau sibuk? Aku ingin kita berbincang santai sambil sesekali melemparkan senyum!" kata Bitu ceria di malam purnama yang menyejukkan dada.

"Aku tidak terlalu sibuk, Bitu. Jika ingin berbincang, silakan, meski tidak sekuat kerinduan yang mendalam serta mencekam," jawabku.

"Baiklah, kita bisa bercakap-cakap. Bitu punya banyak pertanyaan, termasuk tentang kita," katanya berusaha mengusir kesepian yang sudah lama Ia tampung sendirian.

"Silakan bertanya, Bitu. Aku akan mendengarkan semua pertanyaan dan keluh kesahmu. Mungkin kita bisa menemukan kebahagiaan dalam buku-buku yang belum pernah kita baca ataupun dalam perbincangan yang menghadirkan banyak tawa," jawabku, menyisakan kenangan yang sulit dilupakan.

Bitu bertanya, "Kenapa pemilu masih jauh, tetapi spanduk sudah memenuhi jalan raya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun