Di jalanan kota yang sibuk dan ramai,
Seorang tunawisma mengemis dengan mata yang sayu.
Dalam dinginnya malam yang gelap dan dingin,
Dia berusaha bertahan dengan segala kesedihannya
Tak ada tempat yang bisa dia panggil rumah,
Hanya deretan trotoar yang menjadi alasannya.
Dia tidur di bawah langit yang tak berbelas,
Menghadapi kerasnya dunia tanpa tempat berlindung
Tunawisma, manusia yang terpinggirkan,
Terlupakan oleh masyarakat yang terburu-buru.
Tak ingin mereka melihat dan terus berlalu,
Seolah hidupnya tak berarti dan tak berharga
Namun di balik lapisan kotor dan tersisih,
Ada jiwa yang pernah penuh dengan impian.
Dulu dia memiliki keluarga dan harapan,
Namun nasib tak berpihak padanya, menghancurkan segalanya
Begitu banyak kisah yang tersembunyi di baliknya,
Kisah kehilangan, kegagalan, dan kesedihan yang mendalam.
Tunawisma tak hanya sekadar gelandangan,
Tapi juga manusia yang membutuhkan pengertian dan belas kasihan
Mari kita buka mata dan hati kita,
Sadarilah bahwa mereka juga manusia seperti kita.
Berikanlah mereka cinta dan perhatian,
Agar mereka merasakan hangatnya kehidupan
Tunawisma, mari kita berikan harapan,
Biarlah mereka tahu bahwa mereka tak sendiri.
Bersama, kita bisa mengubah dunia,
Menjadi tempat yang lebih manusiawi dan berbelas kasihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H