Mohon tunggu...
Syarifah Hani . A
Syarifah Hani . A Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Hobi : rebahan, renang suka topik politik lebih suka nonton Drakor daripada suka kamu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tunawisma

3 Desember 2023   07:12 Diperbarui: 3 Desember 2023   07:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di jalanan kota yang sibuk dan ramai,

Seorang tunawisma mengemis dengan mata yang sayu.

Dalam dinginnya malam yang gelap dan dingin,

Dia berusaha bertahan dengan segala kesedihannya

Tak ada tempat yang bisa dia panggil rumah,

Hanya deretan trotoar yang menjadi alasannya.

Dia tidur di bawah langit yang tak berbelas,

Menghadapi kerasnya dunia tanpa tempat berlindung

Tunawisma, manusia yang terpinggirkan,

Terlupakan oleh masyarakat yang terburu-buru.

Tak ingin mereka melihat dan terus berlalu,

Seolah hidupnya tak berarti dan tak berharga

Namun di balik lapisan kotor dan tersisih,

Ada jiwa yang pernah penuh dengan impian.

Dulu dia memiliki keluarga dan harapan,

Namun nasib tak berpihak padanya, menghancurkan segalanya

Begitu banyak kisah yang tersembunyi di baliknya,

Kisah kehilangan, kegagalan, dan kesedihan yang mendalam.

Tunawisma tak hanya sekadar gelandangan,

Tapi juga manusia yang membutuhkan pengertian dan belas kasihan

Mari kita buka mata dan hati kita,

Sadarilah bahwa mereka juga manusia seperti kita.

Berikanlah mereka cinta dan perhatian,

Agar mereka merasakan hangatnya kehidupan

Tunawisma, mari kita berikan harapan,

Biarlah mereka tahu bahwa mereka tak sendiri.

Bersama, kita bisa mengubah dunia,

Menjadi tempat yang lebih manusiawi dan berbelas kasihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun