Betapa Rasul tidak hendak membuat polarisasi. Tidak membuat kelas. Tidak menghakimi final. Justru Rasul menganjurkan agar semua bisa ditolong. Sehingga semua sama-sama selamat. Inilah panutan kita.
Bagi sebagian orang, mungkin sikap cinta dan kasih sayang itu dipandang lemah. Tidak heroik. Tidak sesuai dengan jiwa kepahlawanan. Bahkan mungkin dituduh pengecut. Tidak ada kemerdekaan yang lahir dari cinta. Semua butuh darah. Rasul juga berperang melawan musuh untuk bertahan dan berjaya.
Jangan mudah terlena dengan bujukan yang melemahkan. Tentu kalimat ini ada benarnya. Karena dia sedang bicara fakta bahwa sejarah Islam dipenuhi dengan desingan pedang dan teriakan jihad perang. Namun, kadang kita lupa, bahwa fakta itu harus diletakkan pada kerangka menolong pelaku kedzaliman. Tidak ada kebencian kepada mahluq Tuhan. Semua harus diletakkan dalam kerangka cinta dan kasih sayang.
Tentu tidak ada paksaan. Ini soal sudut pandang. Kita sendiri yang sepenuhnya memilihnya. Ini yang disebut pandangan hidup.
Syarif_Enha@22 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H