Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Islam, Politik, dan Negara

17 Agustus 2020   05:27 Diperbarui: 17 Agustus 2020   05:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengikis Islam Phobia

Tentu kita tidak akan melupakan peristiwa sebelas September 2001 di Kota New York? Ketika World Trade Centre (WTC) di tabrak pesawat yang kemudian diklaim pelakunya adalah Osamah bin Laden bersama jaringannya Al Kaida. Bush dengan sangat tegas kemudian mengemukakan pidato kepada seluruh negara di dunia, persis seperti dalam film-film holywood, "Anda bersama kami memerangi terorisme, atau menjadi musuh kami."

Sejak saat itu, tiba-tiba Islam memiliki wajah yang begitu mengerikan. Ketika kita sebut Islam, maka yang muncul dalam benak kita adalah bom, teroris, pembunuhan, potong tangan, qisos. Bahkan di Swis, tidak lama kemudian muncul karikatur Nabi yang di balik kepalanya ada sumbu bom yang siap meledak.

Amerika melalui media internasional sangat berhasil dengan komunikasi massanya, mempengaruhi persepsi orang-orang, bahwa Islam memang menakutkan. Bahkan bagi penganut Islam sendiri, untuk mengaku sebagai Islam, sering menambahkan di belakangnya, "Saya Islam tapi moderat."

Sudah saatnya umat Islam bangkit. Menampilkan Islam pada sisi yang indah, terbuka, dan rasional. Jangan sampai substansi ajaran Islam yang mulia, yang merupakan rahmat bagi seluruh alam, terhambat hanya karena kebodohan ummatnya tidak mampu menterjemahkan Islam dalam konteks yang luas dan dalam. Pendekatan kultural dengan memahami aneka perbedaan dalam masyarakat, mungkin adalah solusi untuk berkomunikasi, dalam rangka mengikis Islam Phobia yang menjangkit masyarakat dunia saat ini. (Syarif)

*Artikel ini pernah dipublikasikan dalam Majalah PesanTrend Edisi 3 tahun I, Mei 2009 dengan judul "Membaca Fenomena Gus Dur dan PKS"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun