Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

8 Cara Gampang Mendirikan Taman Bacaan Masyarakat, Apa Saja?

6 September 2022   09:20 Diperbarui: 7 September 2022   01:00 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui media sosial, ada banyak pertanyaan ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Tentang cara mendirikan taman bacaan masyarakat? 

Tentu saja, agak susah bila dijawab secara teoretik. Karena teori biasanya memang sulit dipraktikkan. Apalagi dijawab oleh pemerhati taman bacaan yang tidak mengelola taman bacaan, tentu makin susah jadinya.

Maka di usianya ke-5 tahun, TBM Lentera Pustaka merasa perlu berbagi informasi dan pengalaman dalam mendirikan taman bacaan masyarakat. Sebuah kisah nyata saat TBM Lentera Pustaka didirikan pada 5 November 2017 lalu di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kaki Gunung Salak Bogor. 

Dari awalnya hanya 14 anak, kini mencapai lebih dari 130 anak dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya). Dari hanya 1 program literasi, kini melayani 14 program literasi termasuk taman bacaan. 

Dari tidak punya relawan, kini dibantu 18 relawan. Dan dari hanya 600 buku saat berdiri, kini lebih dari 10.000 koleksi bukunya. Semua itu praktik baik di taman bacaan yang sudah dijalakan TBM Lentera Pustaka.

Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya siapa pun yang ingin mendirikan taman bacaan memastikan 3 (tiga) hal berikut ini:

1. Harus punya komitmen dan konsistensi yang memadai untuk menjalankan taman bacaan yang sifatnya sosial dan jangka panjang, agar tidak frustrasi di tengah jalan

2. Harus mau berjuang keras untuk mengajak anak-anak membaca, menyiapkan buku-buku bacaan, dan mengelola sepenuh hati taman bacaannya.

3. Harus punya alasan kuat, kenapa harus mendirikan taman bacaan? Jangan sampai taman bacaan didirikan hanya bermodalkan "idealisme" atau "kecerdasan" dari pendirinya.

Bila ketiga hal di atas, mampu dijawab dengan mantap "ya", maka silakan dirikan taman bacaan. Namun sebaiknya, bila masih ragu atau setengah hati maka urungkan niat untuk mendirikan taman bacaan karena bisa jadi nantinya taman bacaannya "tidak berumur Panjang".

Jangan sampai taman bacaan menambah kegalauan anak-anak atau masyarakat. Tadinya sudah punya "harapan" dengan berdirinya taman bacaan di suatu daerah. Tapi akhirnya "mati" karena komitmen dan konsistensi pendiri atau pengelola taman bacaannya yang bermasalah. Taman bacaan jangan sampai bertindak "pemberi harapan palsu" alias PHP.

Taman bacaan adalah jalan sunyi pengabdian. Memang tidak mudah mendirikan taman bacaan. Banyak sisik melik yang dapat membuat frustrasi. Tidak ada uangnya, soal perizinan, mencari buku bacaan yang sulit, anak-anak yang mau membaca sedikit, bahkan akhirnya si pendiri tidak punya waktu untuk mengurus taman bacaannya. Jadi, untuk apa mendirikan taman bacaan? Bila tidak siap mental, pikiran, tenaga, dan waktu!

Nah sekarang, bagaimana cara mendirikan taman bacaan masyarakat (TBM)?

Mendirikan taman bacaan bukan hanya sal tempat, bukan pula sebatas idealisme yang dipikirnya pendirinya. Mengacu pada pengalaman dan aktivitas yang dijalani TBM Lentera Pustaka selama ini, berikut 8 tips yang bisa dan patut menjadi perhatian terkait dengan pendirian taman bacaan masyarakat. 

Taman bacaan adalah proses, maka untuk mendirikan taman bacaan pun butuh proses. Tidak bisa asal jadi, tanpa konsep yang jelas. Untuk apa dan mau ke mana taman bacaanya?

Karena itu, setidaknya ada 8 (delapan) tahapan yang bisa dilakukan untuk mendirikan taman bacaan. Kedelapan inilah yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor saat mendirikan taman bacaan, 5 tahun lalu, yaitu:

 1. Lakukan riset kecil dan studi kelayakan demografi. 

Data dan fakta kenapa taman bacaan harus berdiri di suatu daerah itu sangat penting. Maka lakukan riset kecil dan studi kelayakan demografi, Agar pendirian taman bacaan punya "alasan kuat". 

Riset dan studi kelayakan ini untuk mengetahui: a) apakah ada anak-anak yang mau membaca, b) apakah warga sekitar mendukung adanya taman bacaan, dan c) apakah ada minat baca di wilayah tersebut?

2. Tentukan tempat, nama taman bacaan, bikin rak buku, dan fasilitas yang diperlukan. 

Setelah point 1 jawabnya "ada", maka mulailah tentukan tempat atau lokasi taman bacaan di mana? Di rumah sendiri, di pos ronda, di halaman, atau di fasilitas umum warga? 

Sambil mempersiapkan nama taman bacaan, bikin rak buku dan mulai mengumpulkan buku-buku bacaan serta fasilitas yang dianggap perlu. Libatkann warga akan hal ini sebagai "pelajaran awal", apakah memang benar warga mendukung?

3. Urus izin taman bacaan 

Selembar kertas tentang izin operasional taman bacaan itu penting. Karena nantinya, ada saja orang mempertanyakan izinnya. Agar tidak jadi masalah di kemudia. hari. 

Izin taman bacaan itu ada yang dikeluarkan oleh Pemkab/Pemkot (cq: Disdik atau Dinas Perpustakaan), dinas perizinan Pemkab/Pemkot, atau camat/kepala desa. Atau taman bacaan punya izin legalitas berupa "Yayasan" tapi untuk hal ini butuh biaya. Dan paling minimal, punya keterangan domisili taman bacaan dari Lurah/Kepala Desa. Dalam bentuk apa pun, usahakan taman bacaan punya izin yang menerangkan adanya aktivitas taman bacaan.

4. Pastikan ada buku bacaan dan ada anak yang membaca 

Taman bacaan ada dan eksis itu karena ada aktivitas membaca. Berarti ada anak-anak atau orang yang membaca dan tersedia koleksi buku bacaan. Artinya, taman bacaan dapat beroperasi bila ada buku bacaan dan ada anak-anak yang membaca. 

Jangan sampai taman bacaan hanya "punya nama" tapi tidak ada aktivitas membaca. Taman bacaan itu "core ativities"-nya membaca buku, bukan yang lainnya. Jadi fokus pada kegiatan membaca buku di taman bacaan.

5. Tentukan Jam Baca dan Relawan Taman Bacaan 

Taman bacaan harus dikelola professional sekalipun bersifat sosial. Salah satu buktinya adalah ada waktu "jam baca" kapan harinya dan jam berapa? Lalu siapa relawan atau wali baca yang bertugas mendamping di saat jam baca berlangsung? Sehingga ada jadwal yang pasti di taman bacaan. 

Jangan sampai anak-anak mau membaca, taman bacaan masih tutup. Realistis saja, apa mampu taman bacaan buka setiap hari selama 12 jam misalnya? Jadi, jam baca dan relawan itu hanya memastikan "kapan buka kapan tutup taman bacaan".

6. Bikin event bulanan di taman bacaan 

Untuk menarik minat masyarakat, taman bacaan sebaiknya bikin event bulanan. Agar jadi daya tarik dan motivasi bagi anak-anak yang membaca di taman bacaan. 

Seperti di TBM Lentera Pustaka, event bulanan selalu digelar setiap bulan dengan menghadirkan "tamu dari luar" untuk sharing dan unjuk keterampilan di depan anak-anak, seperti dongeng, prakarya, motivasi, baca puisi, dan lainnya. Bahkan di TBM Lentera Pustaka disediakan "jajanan kampung gratis" sebulan sekali. Anak-anak diberi kupon untuk jajan sebagai ajaran tentang pentingnya antre.

7. Harus kolaborasi bersama korporasi atau komunitas

Kata kunci taman bacaan adalah berani berkolaborasi. Bekerja sama dengan korporasi atau komunitas dalam mewujudkan "praktik baik" di taman bacaan. Biarpun kecil, taman bacaan butuh biaya operasional lalu darimana diperoleh? 

Program literasi dan aktivitas taman bacaan pun butuh kolaborasi dengan komunitas untuk bikin event. Sebagai contoh di TBM Lentera Pustaka, biaya operasional taman bacaan diperoleh dari kolaborasi dengan korporasi yang mau dan peduli ber-CSR di taman bacaan. Taman bacaan itu tempat perbuatan baik, maka perlu melibatkan orang-orang baik atau lembaga yang peduli.

8. Promosikan aktivitas taman bacaan secara aktif-kreatif 

Sekarang zamannya media sosial, maka aktivitas taman bacaan sekecil apapun harus dipromosikan melalui media sosial (Facebook, Instagram, website). Bahkan pegiat literasi di taman bacaan pun harus berani menulis, untuk menginformasikan apa apa dan bagaimana aktivitas taman bacaan dilakukan. Agar jadi informasi dan inspirasi bagi publik atau netizen. 

Jadi, taman bacan harus aktif dan kreatif dalam mempromosikan aktivitasnya, apapun bentuknya. Media sosial bukan buat curhat atau ekspresi gelisah tapi tebarkan aktivitas positif taman bacaan di media sosial.

Jadi, itulah 8 (delapan) cara gampang mendirikan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) versi TBM Lentera Pustaka. Dasarnya bukan teori tapi praktik yang diterapkan di taman bacaan. Bahkan TBM Lentera Pustaka mempunyai model pengembangan taman bacaan yang disebut "TBM Edutainment", tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan entertainment. 

Saat ini TBM Edutainment pun sedang ditulis sebagai disertasi doctoral S-3 Pendiri TBM Lentera Pustaka di Prodi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor. 

Sekalipun bersifat sosial, taman bacaan di mana pun harus dapat diukur, harus profesional dan harus inkusif di masyarakat. Karena tanpa baca kita merana. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi #TipsTamanBacaan #TamanBacaan #TBMLentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun