Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Strategi "Turn Taking" Jokowi Vs Prabowo, Menang di Panggung Kalah di Telikung

24 Agustus 2019   11:51 Diperbarui: 24 Agustus 2019   12:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam praktiknya, menurut Jacob L. Mey (2001), ada tiga jenis strategi pengambilan giliran bicara. Tipe pertama adalah mengambil alih bicara, tipe kedua memegang kendali bicara, dan tipe ketiga adalah menghasilkan pembicaraan. 

Jenis ini menjelaskan tentang bagaimana orang memulai percakapan, bagaimana orang melanjutkan pembicaraan dan bagaimana orang memberi kesempatan untuk yang lainnya.

Mengacu pada 149 data turn taking atau giliran berbicara dalam Strategi Turn Taking yang digunakan Jokowi dan Prabowo dalam Debat Pemilihan Presiden 2019 dapat diungkapkan turn taking atau giliran berbicara berdasarkan penutur sebagai berikut:

sumber: dokpri
sumber: dokpri
Maka dari sisi penuturnya, turn taking atau giliran berbicara dalam Debat Pemilihan Presiden 2019 dapat dinyatakan bahwa:

1. Jokowi memiliki porsi 32% turn taking atau giliran berbicara, sementara Prabowo menguasai porsi 42% dan moderator 26%.

2. Taking the turn atau mengambil giliran lebih didominasi Prabowo 27%, sedangkan Jokowi 23%.

3. Holding the turn atau memegang giliran Jokowi lebih didominasi Jokowi 68%, sedangkan Prabowo 24%.

4. Yielding the turn atau menghasilkan pembicaraan lebih didominasi Prabowo 62,5%, sedangkan Jokowi 26,5%.

dokpri
dokpri
Dengan kata lain, penelitian ini menyiratkan bahwa sebenarnya Prabowo lebih unggul dariada Jokowi saat debat capres berdasar pada strategti girliran berbicara. Boleh dikatakan Prabowo jadi "raja panggung" dibandingkan Jokowi. Namun, pada lahirmya realitas politik berbeda. 

Secara faktual perolehan suara, Jokowi ebih unggul daripada Prabowo. Pola berbahasa saat debat capres di Indonesia ini persis sama seperti yang di terjadi di AS pada 2016 saat Donald Trump vs Hillary Clinton, yang ketika itu Hillary dianggap jadi "ratu panggung" di debat. Dianggap lebih unggul namun dalam realitasnya kalah.

Apa artinya itu semua? Ternyata, ada lanskap yang berubah dan sulit dikontrol dalam peta politik di mata konstituen atau pemilih. Hal ini berarti tingkat persuasi politik yang dibangung kandidat presidensangat bisa "berubah" ke dalam realitas sosial akibat gagal mengelola bahasa, gagal mengelola pesan. Maka konsistensi dan gaya berbahasa yang diisi oleh "pesan bahasa" sangat mampu menggeser dari hal-hal yang tadinya dapat diduga menjadi tidak terduga. Itulah yang makin menegaskan peran penting bahasa dalam politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun