5) Teknik pengukuran yang lebih mendekati akurasi fenomena-fenomena sosial dalam hasil-hasil penelitian sosial-humaniora sebagai bentuk antisipasi persaingan di era revolusi industri 4.0,Â
6) Penyesuaian kurikulum pendidikan dengan prinsip-prinsip revolusi industri 4.0,Â
7) Pertumbuhan literasi-literasi soaial-humaniora sebagai salah satu penyokong pengetahuan masyarakat dalam era revolusi industri 4.0, danÂ
8) Tindakan antisipatif ilmu sosial-humaniora dalam menyikapi datangnya revolusi industri 4.0.
Prof. Dr. Endry Boeriswati, M.Pd selaku Ketua Penyelenggara menyatakan "ICELS 2019 ini sebagai antisipasi pembelajaran di Era Industri 4.0, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media, dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Perguruan tinggi sebagai pencetak generasi intelektual harus mampu membaca dan menyikapi tantangan Era Industri 4.0.
"Perguruan tinggi harus mampu mencetak intelektual yang mampu berpikir dan berliterasi secara kritis. Model  Pendidikan di Perguruan Tinggi hendaknya  berbasis pada lima aspek: wawasan tentang alam dunia, budaya manusia, dan masyarakat -- keterampilan teoretis dan Keterampilan Praktis -  Tanggung Jawab Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial -- Kemampuan Mengintegrasikan Pengetahuan dan Keterampilan - Kapasitas Praktek yang Efektif" ujar Prof Endry di sela acara.
ICELS 2019 pun menjadi momentum kerjasama antara  Universitas Negeri Jakarta dengan National Institute of Education, University Technology Singapore, Singapore, Universitas Kebangsaan Malaysia, Malaysia dan Fatoni University Thailand. Bentuk kerjasama dalam pendidikan, penelitian, publikasi internasional dan Pertukaran dosen dan mahasiswa. Dan yang paling penting, ICELS 2019 setidaknya mampu memelihara atmosfir ilmiah... #ICELS2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H