Penanganan buta aksara untuk usia lanjut diakui Kahar bukan perkara yang mudah. Ada dua pendekatan pengentasan buta aksara untuk kalangan usia yang tidak lagi produktif ini.
Pertama dengan multi keaksaraan dan keaksaraan mandiri. Pada prinsipnya kedua kegiatan di atas sama-sama fokus pada pengentasan buta huruf yang permanen.
Khusus untuk keaksaraan mandiri, kegiatan pengentasan buta huruf dipadukan dengan kegiatan hasta karya mandiri. Hal ini bertujuan agar peserta buta aksara yang memasuki usia lanjut tidak jenuh dengan materi-materi pembelajaran.
"Keterampilan tapi bermuatan pembelajaran sehingga mereka tidak melulu mengetahui keterampilannya," jelas Kahar.
Tahun ini, ada enam provinsi yang menjadi fokus pengentasan buta aksara di Indonesia. Meliputi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat.
Keenam provinsi itu masuk zona merah, angka buta huruf dari total penduduknya berada di atas 4 persen atau lebih tinggi dari rata-rata nasional. Kontur geografi wilayahnya masuk kategori daerah Tertinggal, Terluar dan Terdepan (3T).
Pemerintah tak mematok target muluk-muluk. Tahun ini setidaknya angka buta aksara turun 0,5 persen dari 2,7 persen total penduduk yang buta huruf.
Kahar sadar, selain keterbatasan anggaran, faktor wilayah yang masih terdapat penduduk buta huruf tidak mudah dijangkau. Hal ini yang menyulitkan petugas dan pegiat sosial di lapangan mengatasi masalah tersebut.... Salam Geberbura #TBMLenteraPustaka #Geberbura #BudayaLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H