Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang-orang Belum Kelar dengan Dirinya Sendiri

11 Maret 2018   11:45 Diperbarui: 11 Maret 2018   11:57 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: jamesbjones.com

Zaman now, emang boleh dibilang maju. Tampilannya oke, casing-nya keren. Tapi pikirannya belum tentu. Karena banyak orang zaman now, belum kelar sama dirinya sendiri. Gak tahu kenapa? Orang zaman now, gampang banget dipusingkan dengan urusan remeh-temeh, urusan yang gak banget deh. Negara dianggap gak benar tapi gak bisa kasih solusi. Gak suka sama pemimpin tapi cuma bisa menghujat. Sibuk ngurusin orang lain. Merekalah orang-orang yang belum kelar dengan dirinya sendiri.

Orang yang belum kelar sama dirinya sendiri.

Bawaannya bete dan baperan. Karena abis berantem sama pacarnya. Sibuk mikiran pengen makan apa, pengen nongkrong di mana?. Anak kampus, mikirnya cuma pengen punya nilai bagus bukan  paham atau gak? Sibuk cuma buat urusan dirinya sendiri. Karena belum kelar dengan dirinya sendiri. Wajar dan boro-boro, bisa bermanfaat dan berbuat untuk orang lain.

Maka, buatlah kelar dengan diri sendiri. Biar bisa "terjun langsung" untuk bermanfaat buat orang lain, menjadi solusi dari masalah di sekitarnya. Bukan malah nambah-nambahin masalah atau membesar-besarkan masalah. Kalo udah kelar sama diri sendiri, tentu gak akan mikirin urusan  diri sendiri.

Belum kelar dengan diri sendiri.

Zaman now emang keren. Semuanya serba digital. Semuanya bisa "dikendalikan" dari tangannya, dari smartphone-ya. Termasuk semuanya bisa ditafsir oleh pikirannya sendiri. Tapi sayang, itu semua hanya kamuflase. Kepalsuan dalam hidup hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri. Mereka yang belum kelar dirinya sendiri. Sungguh, terlalu mudah skeptis, terlalu mudah pesimis. Berpura-pura, merasa "kehilangan" dirinya, hingga sehari-hari sibuk untuk urusan dirinya sendiri. Mereka belum kelar dengan diri sendiri.

Belum kelar dengan  dirinya sendiri.

Gak ada hubungannya dengan pangkat atau jabatan. Apalagi harta dan tampillan fisik. Gak kellar dengan diri sendiri itu soal mentalitas, soal cara pikir. Soal orang-orang yang "sangat mampu" menunjuk orang lain sebagai biang kerok. Tapi "gagal" menunjuk dirinya sendiri. Maka wajar, merasa orang-orang di luar sana dianggap musuhnya, menganggap lawannya. Karena dia "gak kelar dengan dirinya sendiri".

Siapapun, kalo belum kelar dengan dirinya sendiri. Sudah pasti, pikirannya jelek. Orang lain dianggap sebagai musuhnya. Pesimis lalu skeptis. Karena mereka "tidak sedang berpijak di bumi". Tapi mereka sedang "hidup dalam mimpi dan harapan mereka". Konsekuensinya, masalah kecil dianggap besar. Masalahnya sendiri dianggap "akibat perbuatan orang lain". Mereka itu, gak akkan pernah kelar dengan dirinya sendiri.

Jadi, orang yang gak kelar dengan diri sendiri. Boro-boro berbuat untuk bermanfaat bagi orang lain. Untuk dirinya sendiri saja, gak kelar-kelar. Merundung lalu nestapa. Seolah apa yang dia alami, itu terjadi akibat perbuatan orang lain. Punya masalah dikit, mengeluh. Negaranya salah dikit, menghujat. Mereka, gak pernah kelar dengan dirinya sendiri. Selalu dan selalu, bermentalitas "korban".

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Beda sama orang-orang yang "sudah kelar dengan dirinya sendiri".

Orang kalo sudah kelar dengan dirinya sendiri. Tentu dan sudah pasti, pikiran dan tindakan hanya difokuskan pada visi yang lebih besar. Lebih senang pada solusi dariada masalah. Lebih senang bertindak dan berbuat daripada menghujat atau mempermasalahkan. Maka, jadikanah kelar dengan diri sendiri. Agar bisa berbuat yang lebih baik dari sebelumnya ...

Orang-orang yang sudah kelar dengan diri sendiri.

Tentu, bicaranya bukan lagi "aku" tapi "kita". Bukan lagi membenci tapi mengingatkkan dengan cara yang baik. Bukan lagi menghujat tapi berbuat. Bukan lagi mudharat tapi maslahat. Bukan lagi siasat tapi manfaat. Karena selalu perilaku baik untuk berbuat baik kepada orang lain, kepada negara.

Elo kelar dengan diri sendiri. Kalo elo lebih memikirkan orang banyak. Lalu, berbuat untuk orang banyak. Kalo elo senang buat diri sendiri, itu mah elo belum kelar diri sendiri.

Kelar dengan diri sendiri. Zaman now, mutlak diperlukan. Siapa lagi yang bisa memberdayakan orang lain kalo bukan kita. Siapa lagi yang bisa bikin lebh baik kalo bukan kita. Kebaikan itu harus diciptakkan. Bukan cuma bisa ngomongin kejelekan. Maka, berpikir dan bertindak untuk lebih baik dari keadaan sekarang.

- Gak akan ada anak-anak yatim yang bisa tetap bersekolah, kalo gak ada bantu mereka agar tetap sekolah.

- Gak aka nada anak-anak kampung yang bisa baca buku, kalo gak ada buku bacaan yang dikasih ke mereka.

- Gak akan ada orang miskin yang bisa berdaya, kalo gak ada orang kaya yang mau bersedekah untuk mereka.

- Gak akan ada jomblo yang nikah, kalo jomblo yang lain bawaannya cuek dan nyari yang ideal.

Elo hadir dan ada di tengah orang lain. Tapi malah bikin masalah, bikin orang gak senang dengan kehadiran elo. Bikin orang bingung, bikin orang lain males. Berarti elo "belum kelar dengan diri sendiri".

MAKA KATA KUNCINYA. BUATLAH KELAR DENGAN DIRI SENDIRI. SEHINGGA BISA BERBUAT UNTUK ORANG LAIN, BERMAFAAT BUAT ORANG SEKITAR.

Mereka yang belum kelar dengan diri sendiri.

Sudah barang tentu, hidupnya dalam buaian mimpi dan semakin jauh dari realitas. Seperti orang pacaran bilangnya "sayang" tapi kerjaannya "berantem" melulu. Kalo orang kerja aktivitasnya padat tapi gak ada kontribusinya. Ngomongnya hebat dan keren, tapi gak ada satupun yang sudah diperbuat. Karena belum kelar dengan diri sendiri.

Mereka belum kelar dengan dirinya sendiri.

Karena nyaman buat dirinya, bukan buat orang lain. Kuat buat dirinya, tapi oranglain dibikin keropos. Kaya buat dirinya, tapi gak mampu bantu orang lain. Rumahnya kaya lagi megah, tapi gak ada satupun orang miskin yang bisa menginjaknya. Gak aan pernah kelar dengan dirinya sendiri.

Lagi-lagi,, belum kelar dengan dirinya sendiri.

Karena mereka memikirkan banyak hal. Tapi gak satupun yang dikerjakan. Karena mereka punya banyak harapan. Tapi gak mamu hidup dalam kenayaan. Mereka, matanya melotot tapi kosong. Belum kelar dengan diri sendiri.

Orang-orang yang belum kelar dengan diri sendiri.

Mereka lupa. Hidup itu bukan soal siapa kamu atau apa kamu? Tapi soal dari mana kamu dan mau ke mana kamu?

Sungguh hari ini, kita tidak lebih baik dari orang lain yang disangkakan. Kita tidak lebih hebat dari orang lain yang diremehkan. Kita tidak pernah kelar dengan diri sendiri. Sementara orang lain berjuang untuk kelar dengan diri sendiri. Segera selesaikan dengan diri sendiri. Apapun dan dimanapun.

Jadi sederhana saja.

Karena setiap langkah besar selalu dimulai dari langkah kecil. Pikiran besar dimulai dari pikiran kecil. Tindakan besar bisa terjadi dari tindakan kecil. Tidak akan ernah ada "hasil baik" tanpa dimulai dari 'proses yang baik". Tidak akan pernah ada "perilaku baik" yang lahiir dari "perilaku buruk". Tidak akan ada "keadaan baik" yang lahir dari "cara-cara yang buruk"

Maka kini, bertanyalah, 'Apakah kita sudah selesai dengan diri sendiri?" ... Ciamikk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun