Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Saya Harus Menulis?

22 Juni 2016   22:59 Diperbarui: 22 Juni 2016   23:04 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu kali di acara workshop penulisan, seorang peserta bertanya “mengapa saya harus menulis?”

Jujur, agak sulit saya untuk menjawabnya. Dijawab spontan takut salah. Gak dijawab gak enak. Tapi memang, saya sama sekali gak pernah berpikir mencari jawaban atas “mengapa saya harus menulis?”. Karena menulis buat saya hanya kebiasaan. Setiap hari, setiap malam saya memang harus menulis. Anehnya, saya malah gak bisa tidur kalo belum menulis. Sungguh aneh buat saya, apalagi buat orang lain.

Tapi kalo ditanya, “mengapa saya harus menulis?”

Terus terang, saya boleh juga tidak menjawabnya kan. Karena buat saya, pertanyaan itu sama dengan bertanya, “mengapa kamu harus makan?”, “mengapa kamu harus tidur?” Ayo coba jawab, mengapa harus makan, harus tidur?

Nah ini sangat menarik. Kalo saya boleh bantu jawab, kira-kira begini. Mengapa harus makan? Tujuan makan itu bukan hanya agar manusia tidak lapar. Tapi makan juga  membuat manusia agar selalu sehat dan waras. Sama seperti tidur. Tujuan tidur, tentu bukan hanya agar manusia punya waktu untuk istirahat. Tapi tidur juga untuk mengembalikan energi manusia.

Jadi, kalo ditanya “mengapa saya harus menulis?”

Kira-kira jawabnya, agar saya selalu sehat dan waras. Agar energi hidup saya bisa ada kembali. Ciamikk kan. Karena dengan menulis, terbukti pikiran dan raga saya bisa sehat dan tetap waras. Karena dengan menulis, saya selalu memiliki energi untuk menjaga kelangsungan hidup, baik jasmani atau rohani.

Maka saya pernah buat tulisan berjudul “menulis itu sederhana” (http://www.kompasiana.com/syarif1970/menulis-itu-sederhana_57658b16b37e61660d1c5981). Saking sederhananya, saya berpikir bahwa saya harus menulis. Setiap hari, setiap malam. Sehingga untuk menulis, saya gak lagi kebanyakan mikir. Apa saja saya bisa tulis, seenak saya seenak pikiran saya. Karena menulis itu bukan teori, bukan sesuatu yang harus dipelajari. Tapi menulis itu perbuatan, praktik. Nah saya sudah bisa duga, mereka yang kebanyakan mikir pasti gak pernah menulis.  Sederhana kan…

Mengapa saya harus menulis?

Nah ditanya lagi kan.  Tadi kan udah dijawab. Menulis itu bukan hanya untuk mengisi waktu luang. Tapi saya menulis agar tetap sehat dan waras. Saya menulis agar bisa mengembalikan energi untuk hidup. Oleh karena itu, saya menulis apa saja yang saya senang, yang saya suka. Dan itu privasi saya, karena hanya saya yang tahu. Betul gak?

Lalu mengapa ada orang yang tidak menulis?

Lha itu jawabnya, lebih sederhana lagi. Paling gampang, karena gak punya waktu. Atau gak bisa menulis. Atau gak punya ide. Atau mikirin takut tulisannya gak bagus. Atau takut tulisannya gak ada yang baca. Wajar karena alasan-alasan itu, mereka jadi gak mau menulis. Nah kalo dipikir-pikir, itu semua terjadi karena mereka menganggap menulis tidak sederhana. Menulis jadi rumit karena pikirannya sendiri.  

Coba tanya, dimana ada perbuatan yang gak kenal tempat, gak kenal waktu. Gak mikirin punya uang atau gak. Gak mikiran butuh pangkat atau tidak. Gak mikirin kaya atau miskin. Gak mikirin pintar atau bodoh. Jawabnya hanya MENULIS. Sungguh, menulis itu mudah dan menyenangkan.

Lalu, apa enaknya menulis?

Menulis itu bukan hanya enak. Tapi enak banget. Enaknya tiada tara, tak terkatakan. Alasannya sederhana. Enaknya menulis itu sepertiminum kopi di pagi hari; memberikan energi dan kesegaran yang tiada tara. Maka buat saya, kalo hidup mau punya energi dan selalu segar, caranya adalah membiasakan untuk MENULIS.

Tapi jangan bilang enaknya menulis seperti nikmatnya orang yang bersenggama ya. Sama sekali tidak seperti itu. Enaknya menulis itu lebih bersifat batiniah, lebih ke soal jiwa dan pikiran. Jiwa yang sehat, pikiran yang waras maka energi hidupnya hebat. Ciamikk lagi ….

bukuku-14-2016-576ab5a05597739b04923e2c.jpg
bukuku-14-2016-576ab5a05597739b04923e2c.jpg

Asal tahu saja, sekarang ini banyak orang yang fisiknya tidak sama dengan batinnya. Raganya tidak seindah jiwanya. Makin ke mari, makin banyak orang yang stress, orang frustasi. Di dekat kita, banyak orang yang galau, gelisah, resah. Gak tahu sebabnya apa? Tapi kalo dilihat fisiknya, raganya sih sehat-sehat saja. Hanya batinnya, jiwanya HAMPA alias KOSONG.

Mengapa bisa terjadi?

Karena mereka hidup dalam rekayasa, dalam kamuflase. Bisa jadi, hidupnya tergilas zaman, terbelenggu gaya hidup. Serba khawatir, serba tengok kiri tengok kanan. Jadi gak nyaman, jadi penuh was-was. Tapi kalo ditanya kenapa? Pasti mereka gak bisa jawab. Karena mereka sendiri gak tahu kenapa itu terjadi …. Aneh kan.

Jadi, mengapa saya harus menulis?

Busyett nanya lagi. Iya itu tadi jawabnya. Menulis agar tetap sehat dan waras serta punya energi lagi. Siapapun yang sakit pikirannya, jiwanya maka obatnya adalah MENULIS.

Sungguh dengan MENULIS, saya bisa menebar inspirasi dan motivasi kepada banyak orang di luar sana. Saya bisa mengekspresikan perasaan atau menyuarakan hati yang kadang gak bisa diungkapkkan. Saya bisa membuat dunia baru dalam hidup lewat tulisan. Dan yang terpenting, saya bisa bebas mau jadi apa saja dengan menulis.

Ketika menulis, saya merasa“lebih baik menjadi burung yang terbang bebas daripada raja yang terbelenggu”.

Ohh ya, satu hal lagi. Orang yang gemar menulis pasti sedikitnya gemar membaca. Dan orang  yang menulis pasti ngomong atau berbicara atas apa yang dia tulis. Tapi orang yang gemar membaca belum tentu gemar menulis. Dan orang yang jago ngomong atau berbicara belum tentu pernah menuliskannya. Apa artinya? Kalo ada orang ngomong dari apa yang ditulisnya, insya Allah JUJUR. Tapi kalo orang jago gnomon tapi belum ditulisnya “pantas diduga” itu TUKANG BOHONG.

Mengapa saya harus menulis?

Jawabnya HARUS. Karena menulis menjadikan saya tetap sehat dan waras lagi punya energi yang tiada tara. MENULIS itu jelas-jelas bikin fisik sehat, intelektual cerdas, moral baik, sosial senang, estetika menarik, dan spiritual luar biasa.

Jadi, mau cari alasanapa lagi untuk tidak menulis? Fisik, intelektual, moral, sosial, estetika, dan spiritual; semuanya “terobati” hanya dengan MENULIS. Ciamikk banget.

Hebatnya lagi, mengapa saya harus menulis?

Karena MENULIS itu tetap GRATIS, tidak perlu bayar untuk menulis dari sekarang hingga kapanpun. Maka, bersikap bijaklah pada diri sendiri untuk memberi kesempatan dan memulai MENULIS. Karena MENULIS bukan hanya untuk lahir, tapi batin hidup manusia. #GueGakBisaNulis #BelajarDariOrangGoblok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun