“Iya Mas, syukurilah. Aku memang gak suka sepka bola. Tapi kita bisa belajar. Mereka bikin turnamen kreatif banget. Sampe-sampe sejagat raya pengen nonton. Semua orang rame ngomongin bola. Penontonnya banyak, iklannya banyak. Turnamennya sukses. Semua orang ikut senang. Begitulah seharusnya kita “mengemas” sepak bola. Bukan hanya sebagai olah raga tapi juga bisnis. Semua yang terlibat untung dan menyenangkan. Itulah hikmah Piala Eropa dan Piala Copa America” ujar Surti.
Tono bingung. Kenapa sepak bola bisa jadi hikmah buat kita. Apa maksud pembicaraan istrinya.
“Lha kok, kita harus mengambil hikmah dari Piala Eropa dan Piala Copa America. Apa maksudnya Bu?” tanya Tono belagak gak paham.
“Ya iya Mas. Apapun yang kita jalani harus ada hikmahnya. Puasa itu ada hikmahnya, agar kita bisa “menahan diri”. Mengendalikan hawa nafsu, sambil belajar hidup prihatin seperti mereka yang hidup susah. Orang-orang yang mau jadi pemimpin atau politisi juga harus bisa menahan diri. Tidak saling menghujat, tidak saling menjelekkan. Menebar fitnah” tegas Surti.
“Kamu ini ngomong apa sih Bu?” sergah Tono lagi.
“Iya Mas, puasa itu memberi hikmah. Piala Eropa dan Piala Copa America juga ada hikmahnya. Kita harus menjunjung tinggi sportivitas. Seperti negara-negara Eropa dan Amerika Latin itu. Mereka berebut piala, mau jadi juara. Tapi harus berkompetisi secara sehat dan tetap saling tepo seliro. Mereka bersikap realistis. Ada saat menang, ada saat kalah. Itulah hidup, seperti pertandingan sepak bola juga kan” jelas Surti lagi.
Tono membatin. Sungguh luar biasa istriku. Pandangan perempuan yang penuh kelembutan. Selalu mengingatkan suaminya. Pada apapun peristiwa yang terjadi. Tentang Puasa, tentang warung makanan. Tentang pilgub DKI. Hingga tentang Piala Eropa dan Piala Copa America. Selalu ada pelajaran….
“Kalau begitu, apa hikmah terpenting dari itu semua, Bu?”
Hari makin larut malam. Surti mulai agak lelah. Tapi ia harus menjawab pertanyaan suaminya. Ia berpikir sejenak. Lalu berkata, “Sederhana saja Mas. Puasa itu syahrul ibadah. Bulan kita menahan diri. Segalah hal dalam hidup kita, gak usah berlebihan. Secukupnya saja. Puasa itu mengajarkan kita untuk selalu introspeksi diri. Soal warung makanan, soal pilgub DKI, soal Piala Eropa, soal Piala Copa America. Itu semua ada hikmahnya. Dan yang penting kita harus tahu, semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Manusia hanya bisa ber-ikhtiar” ujar Surti.
“Asal kita tahu, Mas. Hidup itu sederhana, namun seringkali kitalah yang membuatnya menjadi sulit. Lagian, hidup bukan soal tentang bagaimana kita mengalahkan orang lain. Tapi tentang kita memenangkan peperangan melawan diri sendiri” nasehat Surti hendak mengakhiri obrolan dengan suaminya.
Tono kian terkesima. Ia tak menyangka obrolan Surti malam ini begitu hebat. Ia bangkit dari tempat duduknya. Lalu mencium kening Surti, istrinya. Dalam hati, Tono berdoa, “ Ya Allah, lindungilah istriku. Biarkan ia bicara tentang kebaikan untukku….”.
Tono pun mematikan lampu ruang tengah. Mengajak istrinya istirahat …#Puasanya Surti