Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tajassus; Sibuk Cari Salah Orang Lain

29 Desember 2015   10:35 Diperbarui: 24 Oktober 2016   21:04 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh, tajassus dan semua sifat jelek manusia itu hanya terjadi karena kebiasaan dalam hidupnya. Dan karena tidak tahu hukum dalam agama, gak ngerti agama. Bilangnya belajar, tapi nyatanya gak dilaksanakan. Kita patut prihatin.

 

Mengapa bisa terjadi?
Karena kita lebih senang berpikir yang negatif dan prasangka buruk, baik untuk diri sendiri apalagi orang lain.
Kadang-kadang banyak manusia gak rela untuk berbaik sangka kepada orang lain. Gak mau berpikir positif sehingga mengorbankan segalanya yang seharusnya tidak perlu terjadi.

 

Berhentilah tajassus, berhentilah mencari kesalahan orang lain. Agar kita tidak sibuk mengurusi urusan orang lain. Sibuklah untuk urusan diri sendiri yang belum tentu sudah benar kita lakukan.

Jika kita terbiasa tajassus atau berpikir negatif, bisa jadi gunung pun disalahkan karena tidak memberikan keuntungan kepada kita. Kita lupa gunung adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa. Di mata para penggemar tajassus, gunung tidak lagi indah. Tapi merusak pemandangan. Kita itu manusia. Suka lupa mana yang boleh mana yang gak boleh. Mana yang benar mana yang gak benar. Mana yang berdosa mana yang gak berdosa. Maunya nyari salah orang lain. Padahal diri kita belum tentu benar. Katanya manusia makhluk yang gak sempurna, itu artinya orang lain atau diri kita sendiri juga gak sempurna. Sebelum cari salah orang lain, cari dulu salah diri sendiri. Itu fair dan bagus banget. Tulisan ini untuk mengingatkan kita, kamu dan aku. Okehh.

Kata pepatah, semut di seberang lautan tampak; gajah di pelupuk mata tak tampak.
Karena kita egois, terlalu bernafsu untuk mencari kesalahan orang lain.
#BelajarDariOrangGoblok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun